Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jumlah 360 Patung Berhala yang Mengelilingi Ka'bah Menurut Matematika

26 September 2023   22:49 Diperbarui: 26 September 2023   22:52 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua umat Islam mungkin belum bisa berziarah ke Ka'bah. Meski begitu, setiap muslim pasti mengetahui bangunan suci yang berada di kota Makkah itu. Mendatangi Ka'bah baik untuk Haji maupun Umrah, adalah obsesi umat Islam di dunia.

Meski Ka'bah merupakan tempat suci umat Islam, sangat dihormati dan sangat dijaga, bukan berarti Ka'bah tidak pernah mengalami masa-masa kelam. Masa ketika bangunan suci diperlakukan dengan cara yang jauh dari sikap suci.  

Diantara peristiwa sejarah yang kerap dibaca adalah tentang Ka'bah yang akan dihancurkan pasukan Gajah pimpinan Raja Abrahah. Setelah itu adalah tentang Ka'bah yang sempat hilang karena terkubur tanah setelah banjir bandang masa Nabi Nuh.

Hal menarik lainnya adalah ketika bangunan suci ini disebutkan pernah dikelilingi patung berhala yang sangat banyak. Beberapa menyebutkan bahwa patung berhala yang mengelilingi Ka'bah itu berjumlah 360 buah.

Karena sudah menyebut angka, yang merupakan bahasa utama Matematika, lalu bagaimanakah sebetulnya Matematika melihat jumlah patung berhala itu. Apakah 360 patung berhala adalah jumlah pasti yang kita kenal sekarang, atau bukan.

Ka'bah adalah tempat beribadah. Selain berdo'a, salah satu cara beribadah didepan Ka'bah adalah dengan mengelilinginya. Secara fiqih disebut sebagai Thawaf atau gerakan berputar. Karena ini berkaitan dengan gerakan memutar, maka akan menarik bila kita melihat tersebut dalam perspektif Matematik yang mempelajari tentang ruang dan gerakan berputar.

Geometri, cabang Matematika yang mempelajari cara mengukur ruang, memperkenalkan istilah bernama sudut. Sebuah ruang yang merupakan titik pertemuan antara dua garis (ray) dengan satuan ukur bernama derajat. Bahasa Inggris menyebut nya sebagai "Angle."

Menurut Geometri, jumlah total sebuah sudut adalah 360 derajat. Bila dibagi menjadi empat bagian, dari sanalah muncul sudut 0 derajat, 90 derajat, 180 derajat, 270 derajat, dan 360 derajat.

Berdasar angka-angka utama diatas itulah terjadi pembagian berbagai jenis sudut. Termasuk cara mengukurnya.

Misalkan saja, bila kita mengikuti keempat angka tersebut dengan cara memutar melawan arah jarum jam, maka akan ditemukan adanya empat kuadran. Kuadran I adalah yang berada diantara sudut 0 -- 90 derajat, kuadran II diantara 90 -- 180 derajat, kuadran III diantara 180 - 270 derajat dan kuadran IV diantara 270 -- 360 derajat.

Berdasar keempat angka-angka itu juga matematikawan membagi sudut kepada 7 jenis sudut berbeda. Diantaranya adalah acute angle, sudut yang besarannya kurang dari 90 derajat. Orang Indonesia menyebutnya sebagai sudut lancip. Atau obtuse angle, sebuah sudut yang besarannya antara 90 -- 180 derajat. Kerap disebut sebagai sudut tumpul.

Paling dikenal tentunya sudut right angle. Sudut hasil pertemuan dua garis tegak lurus yang besarannya tepat 90 derajat. Orang Indonesia menyebutnya sebagai sudut siku-siku.

Berdasar jumlah sudut itu juga Geometri mengajarkan cara mengukur sudut secara umum. Seperti adanya complementary angle dan suplementary angle. Sebuah sudut disebut komplementer bila penjumlahan keduanya menghasilkan angka 90 derajat. Berbeda dengan sudut suplementer dimana penjumlahan dua sudut menghasilkan angka 180 derajat.

Sebuah sudut disebut suplementer bila penjumlahan dua sudut menghasilkan angka 90 derajat. Sementara bila penjumlahan dua sudut menghasilkan angka 180 derajat, maka sudut itu disebut sebagai sudut komplementer.

Lalu bagaimanakah cara menghitung besaran sebuah sudut bila dikaitkan dengan ukuran sebuah garis?Trigonometri dengan bantuan Teori Pythagoras yang sudah mashur, membantu menjelaskan hal itu dengan detail dan cermat.

Kita bisa menghitung besaran setiap sudut dan panjang sebuah garis dalam sebuah ruang segitiga, baik itu imajinatif maupun real, hanya bermodalkan informasi besaran derajat satu sudut dan ukuran satu garis saja. Sine (sin), cosine (cos), tangent (tan) begitu istilah yang dikenal para siswa mengenail hal ini.

Sebaliknya, kita juga bisa mengukur besaran derajat sebuah sudut hanya dengan patokan panjang dua garis. Meski tanpa ada informasi besaran sudut lainnya. Caranya dengan melakukan pembalikan atau invers. Notasi matematika adalah adalah sine-1, cos-1, dan tan-1

Namun bila dikaitkan dengan Ka'bah, maka bukan besaran tiap sudut atau cara mengukur sudut itu yang menarik. Jumlah total 360 derajat inilah yang menarik. Karena ini merupakan angka yang sama dengan jumlah patung berhala yang katanya pernah mengelilingi Ka'bah. Kenapa jumlah total sebuah sudut adalah 360? Bukan 100, 200 atau 300.

Beberapa sumber mengatakan bahwa angka 360 berasal dari bangsa Sumeria. Bangsa yang tinggal di Mesopotamia, Irak bagian selatan sekarang, sudah mengenal tulisan sejak 3000 SM dan memiliki kalender pada 2400 SM.

Bangsa Sumeria yang masih berpikir secara geosentris, waktu itu melakukan pengamatan terhadap matahari, bulan dan lima planet yang bisa terlihat, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus.

Hasil pengamatan mereka menunjukan bahwa matahari memerlukan waktu 360 hari untuk mengitari bumi.

Jumlah total perputaran itu bukan hanya menjadikan patokan bagi mereka bahwa satu lingkaran terdiri atas 360 derajat, tetapi juga menjadi landasan ketika bangsa Sumeria membuat kalender. Bahwa dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan dimana masing-masing bulan terdiri dari 30 hari. Karenanya dalam satu tahun kalender bangsa Sumeria terdapat 360 hari.

Alasan dibalik munculnya angka 360 derajat juga muncul dari bangsa Babilonia. Bangsa ini kerap dianggap sebagai yang paling pertama mengetahui ilmu trigonometri dalam sejarah peradaban manusia.  

Melalui trigonometri, bangsa Babilonia membagi sebuah lingkaran dengan menggunakan segitiga sama sisi dimana panjangnya sama dengan jari-jari lingkaran tersebut. Bangsa Babiloni menyebut segitiga tersebut dengan "chord." Hasilnya pengamatannya menunjukan bahwa satu lingkaran itu terdiri dari 6 "chord."

Hanya saja pada waktu itu bangsa Babilonia ketika itu memakai bilangan berbasis 60 atau seksagegesimal. Bukan 10, atau desimal, seperti sekarang. sementara ketika dihitung, 1 "chord" terdiri dari 60 derajat. karena satu lingkaran terdiri dari 6 "chord", maka ditentukan bahwa satu lingkaran adalah 360.

Jadi satu putaran penuh matahari juga satu putaran lingkaran menurut Bangsa Sumeria dan Babilonia ternyata sama-sama menghasilkan angka 360. Angka inilah yang kemudian dipakai sampai sekarang untuk menggambarkan satu putaran penuh. Bahwa satu putaran penuh adalah 360 derajat.

Sementara bila kita melihat salah satu sifat lingkaran penuh, adalah efeknya yang menutup. Bila satu objek dilingkari secara penuh, kita bukan hanya tidak bisa melihatnya, tetapi juga sulit memasukinya.

Karenanya bila kita melihat kepada angka jumlah 360 patung berhala yang disebut menutupi Ka'bah, bisa jadi itu angka itu bukan jumlah total patung berhala secara definitif. Tapi gambaran betapa banyaknya patung berhala yang mengelilingi Ka'bah. Sehingga Ka'bah bukan hanya tidak terlihat, tapi susah didekati.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun