Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni dan Lidah Arab

22 Agustus 2023   16:52 Diperbarui: 23 Agustus 2023   00:00 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Hitti dalam The History of Arabs, Arab adalah masyarakat yang memiliki bakat seni yang mereka ekspresikan dalam bentuk Syair. Berbeda dengan orang Yunani yang menjadikan Patung dan Arsitektur sebagai saluran ekspresi seni nya, atau orang Ibrani yang menumpahkan ekspresi seni dalam bentuk lagu-lagu keagamaan.

Apresiasi tinggi terhadap seni menyusun kata-kata indah di manifestasikan masyarakat Arab pada festival puisi di Pasar Ukaz yang digelar setiap tahun. Festival sastra ini bukan hanya digelar di Bulan Suci, tapi karya sastra yang keluar sebagai pemenang pun ditempel di tempat yang sakral: dinding Ka'bah.

Kemampuan merangkai dan mengenal kata-kata indah lah yang membuat orang Arab kerap menyebut Nabi Muhamma saw., sebagai Kahin yang biasa diterjemahkan sebagai penyihir. Hanya saja Kahin dalam masyarakat Arab bukanlah seperti figur Merlin dalam mitologi masyarakat Inggris. Seorang penasehat Raja yang mempunyai kekuatan magic laksana dukun.

Kahin adalah figur yang mampu menyusun kata-kata dengan sangat baik dan indah sehingga orang tunduk seperti tersihir. Kahin adalah seorang yang bisa membuat orang terpukau dengan kata-kata yang disampaikan.

Nabi Muhammad saw., diangap seorang Kahin. Bukan hanya karena kata-kata yang dikeluarkannya Indah memukau, tetapi juga tidak bisa ditandingi. Meskipun Nabi Muhammad saw., berkali-kali mengatakan bahwa yang disampaikannya adalah kata-kata dari Allah bukan dari dirinya.

Keunggulan Arab dalam menyusun kata-kata juga tercermin dari pepatah yang hidup berabad kemudian. Bahwa di dunia ini ada tiga keunggulan yang mesti diperhatikan. Ketiganya adalah otak orang Prancis, tangan orang China dan lidah orang Arab.

Ketika kemampuan menyusun puisi (Qashidah) dirangkai dengan kebiasaan berperang, maka lahirlah puisi-puisi tentang kepahlawanan. Puisi berisi pujian dan sanjungan bagi orang-orang yang berhasil memenangkan peperangan.

Pada tahun 1980-an, orang Indonesia mengambil kata Qashidah ketika menyanyikan lagu-lagu berirama Padang Pasir atau lagu keislaman. Namun syairnya bukan tentang mendukung perang melawan sesama, tapi mengenai perang melawan nafsu dan kerasnya kehidupan.

Hal yang sama juga ditunjukan pada pendidikan Islam di Pesantren. Balaghah, manthiq atau 'Arudh kerap dijadikan mata pelajaran wajib. Pelajaran yang bila dikuti dengan baik, akan menuntun santri dalam menyusun kata-kata dengan benar dan indah.

Hal menarik adalah ketika seni merangkai kata-kata Indah ketika bertautan dengan Al-Quran. Masyarakat melihat bahwa kata-kata suci dan indah dalam Al-Quran bukan hanya mesti dibaca, tetapi juga ditulis untuk dijaga, dilestarikan dan disebarkan.

Hanya saja kata-kata indah, juga mesti ditulis dengan baik dan indah. Apalagi kata-kata yang indah dan suci seperti Al-Quran. Dari sinilah muncul seni menulis indah huruf arab yang dikenal dengan Khattul 'Arabi atau Kaligrafi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun