Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Anak-anak di Masjidil Haram

7 Juli 2023   01:15 Diperbarui: 7 Juli 2023   01:34 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjidil Haram (dokpri)

 

Sepertinya antara Baitullah dan anak-anak itu ada hubungan khusus. Juga misterius.

Kami tidak tahu apakah ada tulisan mengulas mengenai hubungan keduanya. Hanya saja kadang untuk memahami hubungan keduanya bukan dengan mencerna berbagai tulisan. Instuisi, bahkan kadang diam, adalah cara terbaik untuk memahaminya.

Seperti orang dewasa, anak-anak yang sudah berangkat ke Baitullah juga merasakan rindu Baitullah. Mereka akan bertanya kapan ke Baitullah lagi. Meskipun ketika Umrah mereka berkali-kali mengeluh. Mulai dari berdesakan ketika Thawaf di depan Ka'bah, sampai kelelahan ketika melakukan tujuh putaran Sa'i.

Baca juga;

Haji Dan Fiqih Wudhu Masyarakat Indonesia dan Masyarakat Arab Saudi 

Meski begitu, anak-anak mengalami pengalaman unik tersendiri. Hal yang tidak dialami orang dewasa.

Pertama kali melangkah memasuki Masjidil Haram bersama anak, beberapa kali langkah kami terhenti. Beberapa Ibu dari berbagai negara, menghentikan langkah kami. Mereka ingin memberikan permen atau makanan kecil untuk anak. Lengkap dengan wajahnya yang berseri.

Beberapa orang tua mungkin tidak menghentikan langkah kami dan tidak memberikan apa-apa pada si anak. Namun mereka tetap menatap si anak dan memberikan senyuman khas masing-masing sambil terus melangkah.

Baca juga;

Arab Saudi Dan Kesultanan Ottoman Turki

Pengalaman terakhir adalah ketika kami sedang duduk-duduk menunggu berkurangnya antrian Jamaah di terminal Bus. Seorang Ibu dari Cina, tiba-tiba mendatangi anak kami sambil menyerahkan makanan. Sebuah kue yang kerap kami lihat bila menonton film dari Cina.

Kami meyakini bila makanan yang dibawa bukanlah makanan untuk dibagikan. Tapi bekal untuk diri sendiri. Sebagaimana banyaknya Jamaah Haji Indonesia yang kerap membawa makanan dari daerah asal. Antisipasi tidak cocok dengan makanan di Arab atau mengobati kerinduan makanan dari negeri sendiri.

Mungkin karena mengalami hal seperti ini, maka dalam kunjungan ke Baitullah berikutnya, Istri menyiapkan perbekalan baru. Selain menyiapka segala hal berkaitan dengan Ibadah, juga menyiapkan permen atau makanan kecil untuk anak-anak yang ditemui di Baitullah.

Baca juga;

Manuver Mohammed Bin Salman Mempercepat Perkembangan Sepakbola Arab Saudi 

Hal yang sepertinya tidak diajarkan di sekolah ketika belajar Fiqih, atau diberi tahu dalam manasik haji dan umrah di Indonesia.

Ekspresi Jamaah Umrah dan Haji terhadap anak-anak pada dasarnya tidak terbatas kepada pemberian permen atau makanan, tapi juga ekspresi non-verbal lainnya.

Seperti ketika seorang Bapak yang tiba-tiba mengusap-usap kepala anak sambil tersenyum. Atau seorang Ibu yang tiba-tiba jongkok untuk bisa menatap si anak dengan jelas, lalu menempelkan kedua tangannya di kedua pipi anak. Setelah itu mengusap-ngusapnya.

Baca juga;

Jazan, Kota Di Arab Saudi Yang Dibangun Ketika Perang 

Ada juga Ibu-Ibu yang ketika melihat anak, dia berhenti. Setelah itu dia berdo'a sambil menengadahkan tangannya keatas. Kami tidak tahu doa apa yang sedang dia panjatkan.

Pengalaman terakhir adalah ketika anak mengadu. Katanya ada seorang Ibu yang setelah berdoa, lalu meludahi tangannya. Anak kami bingung kenapa ada seorang Ibu meludahi tangannya, padahal dia tidak kenal dengan Ibu tersebut dan juga tidak melakukan kesalahan.

Mendapat laporan seperti itu, Masjidil Haram seperti memancarkan kembali magisnya. Tidak ada rasa marah mengetahui anak diperlakukan seperti itu. Hanya keyakinan bahwa orang tersebut sedang melakukan sesuatu yang baik. Hanya saja ekspresinya berbeda dengan kami.

Baca juga;

Batu-Batu Berdiri Di Arab Saudi Bagian Selatan 

Ada berbagai kesimpulan yang muncul di kepala ketika mengalami hal-hal diatas.

Kesimpulan pertama adalah memahami bahwa mereka adalah para orang tua yang berbuat kebaikan kepada si anak. Karena seperti itulah kebiasaan orang tua selama ini terhadap anak-anak. Terlebih di Arab yang dikenal sangat perhatian dan protektif terhadap anak-anak.

Di kemudian hari kesimpulan baru muncul di kepala. Bahwa ekspresi tersebut bukan hanya karena gemas dan senang terhadap anak kecil, tapi juga kekaguman dan merasa ikut bersyukur dan senang. Bahwa ada anak kecil bisa mengunjungi Baitullah.

Baca juga;

Arab Saudi Dan Kebutuhan Kaca Mata Anti Ultra Violet 

Ketika biaya Umrah tidak lah murah dan antrian Haji sudah mengular sampai puluhan tahun, pastinya tidak semua anak-anak mempunyai kesempatan mengunjungi Baitullah. Terlebih bagi anak-anak yang datang dari luar Saudi atau negara-negara Teluk.

Namun setelah itu, seorang teman memberikan informasi baru lagi mengenai perilaku orang tua terhadap anak-anak di Masjidil Haram.

Menurutnya mereka bukan hanya sedang mengengkspresikan rasa senang atau mendoakan kebaikan bagi anak-anak yang mereka temui, tapi juga sedang mendoakan anak cucu mereka sendiri. Semoga anak cucu mereka juga bisa mengunjungi Baitullah. Seperti anak-anak yang dia temui di Haramain.

Baca juga;

Khutbah Jumat di Arab Saudi dan di Iran 

Jadi ketika seorang Ibu melihat anak kami lalu menengadahkan tangannya berdo'a, yang diantaranya ditutup dengan meludah ke tangan si anak, dia bukan hanya sedang mendoakan anak kami, tetapi juga sedang mendoakan kebaikan bagi anak-cucunya.

Mereka bukan hanya berharap anak-cucunya bisa menjalani kehidupan yang baik dan penuh berkah, tapi juga berharap mereka bisa mengunjungi Baitullah. ***

Riyadh, 06 Juli 2023

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun