Pengalaman terakhir adalah ketika anak mengadu. Katanya ada seorang Ibu yang setelah berdoa, lalu meludahi tangannya. Anak kami bingung kenapa ada seorang Ibu meludahi tangannya, padahal dia tidak kenal dengan Ibu tersebut dan juga tidak melakukan kesalahan.
Mendapat laporan seperti itu, Masjidil Haram seperti memancarkan kembali magisnya. Tidak ada rasa marah mengetahui anak diperlakukan seperti itu. Hanya keyakinan bahwa orang tersebut sedang melakukan sesuatu yang baik. Hanya saja ekspresinya berbeda dengan kami.
Baca juga;
Batu-Batu Berdiri Di Arab Saudi Bagian SelatanÂ
Ada berbagai kesimpulan yang muncul di kepala ketika mengalami hal-hal diatas.
Kesimpulan pertama adalah memahami bahwa mereka adalah para orang tua yang berbuat kebaikan kepada si anak. Karena seperti itulah kebiasaan orang tua selama ini terhadap anak-anak. Terlebih di Arab yang dikenal sangat perhatian dan protektif terhadap anak-anak.
Di kemudian hari kesimpulan baru muncul di kepala. Bahwa ekspresi tersebut bukan hanya karena gemas dan senang terhadap anak kecil, tapi juga kekaguman dan merasa ikut bersyukur dan senang. Bahwa ada anak kecil bisa mengunjungi Baitullah.
Baca juga;
Arab Saudi Dan Kebutuhan Kaca Mata Anti Ultra VioletÂ
Ketika biaya Umrah tidak lah murah dan antrian Haji sudah mengular sampai puluhan tahun, pastinya tidak semua anak-anak mempunyai kesempatan mengunjungi Baitullah. Terlebih bagi anak-anak yang datang dari luar Saudi atau negara-negara Teluk.
Namun setelah itu, seorang teman memberikan informasi baru lagi mengenai perilaku orang tua terhadap anak-anak di Masjidil Haram.