Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jazan, Kota di Arab Saudi yang Dibangun Ketika Perang

28 Mei 2023   10:29 Diperbarui: 28 Mei 2023   10:43 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUDAHBACA - Masyarakat Indonesia di Kota ini kerap menulis nama Ibu Kota Provinsi Jazan ini bergantian antara Jazan dan Jizan. Bahkan ada yang menulisnya memaki huruf "G." Menjadi Gizan atau Gazan.

Namun bila kita memasuki gerbang kota ini, maka penulisan yang benar adalah Jazan. Begitu juga bila kita membaca nama-nama gedung pemerintahannya. Huruf hijaiyyah "Jim" bersambung dengan "Alif." Menandakan dibaca "Ja" bukan "Ji."

Sebagaimana keumuman Ibu Kota Provinsi di Arab Saudi, Kerajaan Arab Saudi juga membangunkan Bandar Udara bertaraf internasional. Namanya King Abdullah bin Abdulaziz International Airport. Mengambil nama Raja Arab Saudi sebelum Raja Salman yang bertahta sekarang.

Baca juga;

Batu-Batu Berdiri Di Arab Saudi Bagian Selatan

Menurut Google Map, jarak Jazan-Jeddah adalah 711 KM. Bisa dilalui dalam waktu sekitar 8 jam. Sementara dari Riyadh jaraknya lebih jauh. Berjarak sekitar 1.144 KM. Bisa ditempuh dalam waktu sekitar 12,5 Jam.

Kedua waktu tempuh diatas tentunya diluar waktu istirahat. Sehingga secara praktis di lapangan akan lebih lama dan cukup melelahkan.

Bila Jeddah-Jazan adalah perjalanan menyusuri tepi Pantai Laut Merah, maka Riyadh-Jazan adalah perjalanan membelah gurun pasir dan bukit batu. Berawal dari tengah Arab Saudi berakhir di Barat Daya Arab Saudi.

Baca juga;

Arab Saudi Dan Kebutuhan Kaca Mata Anti Ultra Violet 

Dalam perjalanan darat ini kita bukan hanya bisa melihat sebagian lanskap Arab Saudi, tapi mengetahui bagaimana Arab Saudi membangun infrastruktur negaranya.

Perjalanan panjang ini mungkin akan menghadapkan kita pada gurun yang membosankan. Terlebih bila perjalanan dilakukan pada malam hari. Pada sebagian ruas jalan, kanan kiri jalan terlihat gelap. Tanda di daerah tersebut belum ada kehidupan.

Meski begitu, dalam perjalanan ini juga kita akan melihat pemandangan mengagumkan. Di bebeberapa wilayah gurun terlihat ada penanaman rumput hijau untuk pakan ternak. Juga terdapat Danau di tengah bentangan hamparan pasir yang tandus.

Baca juga;

Khutbah Jumat di Arab Saudi dan di Iran 

Apalagi bila sudah memasuki kawasan gunung berbatu. Kerasnya gunung batu sirna seketika manakala kita melihat rumput dan bunga yang tumbuh di sela-sela batu itu. Entah apa nama bunganya. Namun terlihat seperti Edelweis di puncak gunung.

Hal yang tidak terlupakan adalah melihat batu-batu yang berdiri secara horizontal dan vertikal di bukit-bukit yang menghadap jalan raya.

Di area batu-batu berdiri tersebut, tidak ada rambu peringatan keselamatan bagi pengendara mobil dibawahnya. Padahal pada ruas jalan lain, kerap terdapat rambu lalu lintas memperingatkan bahaya longsor atau informasi perbaikan jalan.

Baca juga;

Diri'yyah dan Gap Imajinasi Muslim Indonesia

Tiadanya rambu peringatan ini seperti menegaskan keyakinan dan kepercayaan diri pemerintah setempat. Bahwa batu-batu besar itu tidak akan membahayakan pengendara mobil. Meski terlihat mengancam.

Begitu juga bila kita melihat infrstruktur jalan yang dilewati.

Seperti keumuman jalan raya di Arab Saudi, Kerajaan Arab Saudi membangun jalan lebar dan tidak berbayar menuju Jazan. Jalan dua arah terpisah, dimana masing-masing arah terdiri dari dua lajur. Lengkap dengan bahu jalan.

Baca juga;

Pajak di Arab Saudi dan Jembatan Penyebrangan di Riyadh, Melihat Arab Saudi Yang Bertransformasi - Bagian 3

Bahu jalan digunakan pengendara ketika mereka mau mempersilahkan mobil dibelakangnya untuk mendahului. Bukan dipakai mobil di belakang untuk mendahului mobil di depannya.

Di beberapa ruas, memang ada penyempitan jalan. Sehingga jalan menjadi satu arah dengan dua jalur saja. Namun tidak berapa lama kemudian jalan melebar kembali sehingga menjadi dua arah terpisah.

Meski jalan luas dan lebar, keselamatan tetaplah menjadi perhatian. Di beberapa titik terdapat rambu lalu lintas memberi tahu batasan kecepatan maksimal. Bervariasi antara 60 - 120 KM/Jam. Tergantung kondisi jalan.

Baca juga;

Pajak di Arab Saudi dan Jembatan Penyebrangan di Riyadh, Melihat Arab Saudi Yang Bertransformasi - Bagian 2

Bila melewati batas itu dan tertangkap kamera-kamera pemantau yang terpasang di pinggir jalan, maka pengemudi akan menerima SMS. Memberitahu pengemudi bahwa dia telah melanggar lalu lintas dan mesti membayar denda ratusan riyal melalui transfer Bank.

Jalan panjang, luas dan beraspal memang mahal. Namun Arab Saudi sepertinya tidak kesulitan untuk membangun jalan seperti itu. Karena sebagai penghasil minyak bumi, Arab Saudi tentunya mempunyai stok aspal berlimpah.

Selain itu, sepertinya infrastruktur jalan di Saudi bukan dibangun hanya sebagai penghubung antara kota atau membuka daerah terisolir. Infrastruktur jalan sepertinya juga berkaitan dengan upaya membuka wilayah baru bagi warganya.

Baca juga;

Pajak di Arab Saudi dan Jembatan Penyebrangan di Riyadh, Melihat Arab Saudi Yang Bertransformasi - Bagian 1 

Upaya perluasan wilayah ini juga yang terlihat dari cara Riyadh membangun kota. Gedung-gedung menjulang tinggi di Kota ini terlihat untuk perkantoran saja. Tidak terlihat gedung menjulang untuk pemukiman vertikal seperti yang terdapat di kota-kota besar dunia.

Rumah hunian warga Riyadh cenderung melebar. Tinggi maksimal hunian dibatasi antara 2-2.5 tingkat saja. Karenanya kota berkembang meluas dengan cepat.

Kembali ke perjalanan menuju Jazan.

Baca juga;

Air Mineral Di Masjid Arab Saudi, Absurdnya Lupa Puasa Dan Minum Didalam Masjid di Siang Hari Bulan Ramadhan 

Ketika memasuki Kota Abha yang sejuk dan keluar dari Kota ini, maka lanskap jalan berubah seketika. Jalan lurus dan lebar menjadi jalan berkelok-kelok tajam serta naik turun. Kita pun mesti melakukan perjalanan ala Ninja Hatori.

Lanskap jalan keluar dari Abha ini seperti gabungan antara Cadas Pangeran di Sumedang, Lingkar Nagrek di Garut dan Kelok 99 di Payakumbuh. Namun dalam jarak 53 KM tanpa putus. Menantang, menuntut kehati-hatian sekaligus mengundang decak kagum.

Usai menempuh rute ini, kita kembali berhadapan dengan jalan lurus dan lebar. Bila melihat kepada penunjuk jalan yang ditulis dalam huruf Arab dan Latin, terbaca bila Jazan adalah Kota perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman. Jazan dan Yaman menuju arah yang sama.

Baca juga;

Ragam Bahasa Arab Dalam Keseharian Masyarakat Arab Saudi, Kisah Lucu Negosiasi Dengan Supir Taksi di Riyadh!

Bagi Indonesia Yaman adalah salah satu negara Arab yang mempunyai pengaruh cukup besar. Terutama bagi muslim Indonesia.

Secara umum negara Yaman terbagi dalam dua wilayah besar. Yaman Selatan dan Yaman Utara. Bila Yaman Utara adalah pegunungan, maka Yaman Selatan adalah pesisir laut. Berhadapan langsung dengan Laut Merah.

Karena kota Pelabuhan, pada masanya penduduk Yaman Selatan dikenal sebagai pengembara. Suka berkelana keluar Yaman. Banyak sahabat Nabi Muhammad dan Tabi'in berasal dari Yaman yang diberi tugas diplomatik. Sehingga ketika Riyadh membuat area "Diplomatic Quarter, " banyak nama jalan di area ini diambil dari nama Sahabat dan Tabi'in dari Yaman.

Baca juga;

Memahami Ayat dan Hadis Anti Perbudakan Melalui Dinamika Ketenagakerjaan Arab Saudi Terkini 

Melalui pengembara dari Yaman Selatan inilah Islam sampai ke masyarakat Indonesia. Ketika itu Indonesia masih terbentuk dalam kerajaan terpisah-pisah.

Konon salah satu Raja Yaman pernah memerintahkan anak muda yang belum beristri untuk pergi keluar. Bila warganya mau keluar Yaman, kehidupan keluarga yang ditinggalkan dijamin Raja.

Karena kebijakan inilah banyak orang Yaman tidak kembali ke negerinya. Menikah dengan penduduk asli di perantauan sampai beranak pinak di perantauan.

Baca juga;

Kenapa Masyarakat Arab Saudi Suka Memakai Baju Berwarna Putih 

Dalam bahasa populer sekarang, orang Yaman ini disebut dengan orang Hadhramaut. Bersama orang Gujarat, mereka dianggap cikal bakal penyebar Islam pertama kali ke Indonesia.

Setelah Yaman, Mesir adalah negara Arab berikutnya yang mempunyai pengaruh terhadap Indonesia. Bersama Belanda, Mesir dianggap sebagai negara yang mempunyai pengaruh kuat dalam membentuk identitas keislaman dan keindonesiaan masa pra dan pasca kemerdekaan.

Pemikiran tokoh-tokoh Mesir seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh atau Musthafa Almaraghi sampai ke Indonesia. Mempengaruhi pemikiran dan pergerakan tokoh-tokoh Islam Indonesia.

Baca juga;

China dan Peran Negara-Negara Islam Dalam Perundingan Damai Arab Saudi Dan Iran 

Arab Saudi yang waktu itu masih bernama Hijaz dan Najd, belumlah maju seperti sekarang. Masih dikenal sebagai bangsa survival. Sanggup hidup di tengah gurun yang panas dan tandus.

Jazan sendiri pada dasarnya bukan hanya Kota perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman, tapi dahulu juga masuk wilayah Yaman. Namun pada masa modern, masuk wilayah Arab Saudi.

Karena dahulunya adalah bagian dari Yaman, maka kita akan melihat perbedaan antara Jazan dengan kota-kota lain di Arab Saudi. Mulai dari "lahjah" (dialek) bahasa Arab, sampai dengan makanan dan pakaian. Semuanya lebih terasa Yaman ketimbang Arab Saudi.

Baca juga;

Shalat Jamaah di Masjid Arab Saudi 

Namun Arab Saudi sepertinya "bertanggung jawab" terhadap pengambil alihan Jazan sebagai wilayahnya.

Seorang WNI yang tinggal dan mencari nafkah di Jazan hampir 20 tahun, menceritakan pengalamannya tentang Jazan. Menurutnya ketika dia datang dahulu, Jazan seperti kampung. Bukan Kota yang memiliki Rumah Sakit besar, Bandar Udara Internasional juga Perguruan Tinggi seperti sekarang.

Hal tidak jauh berbeda diceritakan oleh WNI yang baru datang ke Jazan 3 tahun lalu. Setelah lama mengembara di kota-kota Arab Saudi lain.

Baca juga;

Memahami Mega Proyek Neom dan New Kabah Arab Saudi Melalui Total Football Belanda 

Menurutnya, hotel tempat kami menginap yang dikeliling Mall serta jalan kota yang lebar dan luas, tahun lalu masih berbentuk rawa yang tidak layak huni dan sulit dibangun.

Hal menarik dari perubahan ini bukan kepada kemampuan Arab Saudi untuk membangunnya. Namun pada kemauan keras untuk membangunnya. Kerajaan Arab Saudi membangun kota ini dalam situasi yang cukup pelik.

Pada tahun 2004 terjadi perang saudara di Yaman. Pemberontak Houthi melawan pemerintah sah Yaman. Sepuluh tahun berikut, 2014, pemberontak Houthi berhasil menguasai sebagai besar Yaman. Diantaranya Ibu Kota Sana'a. 

Baca juga;

Sisi Lain Pentingnya Suami atau Mahram Perempuan Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Saudi

Dalam situasi ini, pemerintah Arab Saudi dan beberapa negara teluk lainnya mengambil sikap untuk membela pemerintahan sah Yaman. Menyerang suku Houthi yang dianggap sebagai pemberontak dan pengacau.

Sebagai kota perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman, Jazan adalah wilayah yang kerap mendapat serangan militer Houthi dari Yaman. Selain menjadi tempat evakuasi warga negara asing ketika pecah perang saudara di Yaman.

Jazan baru benar-benar terbebas dari serangan militer Yaman pada Ramadhan tahun 2023 ini. Karena menjelang Ramadhan tahun ini, terjadi pembicaraan damai antara Arab Saudi dan Iran. Negara yang dikenal sebagai pendukung kuat Houthi.

Baca juga;

Arab Saudi Dan Tempat-Tempat Suci Bersejarah

Jadi Arab Saudi membangun Jazan, ketika Kota ini menjadi area peperangan ***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun