Dua media online di Arab Saudi, Arab News dan Saudi Gazette, pada 2 Mei lalu sama-sama memberitakan penangkapan terhadap para penyelundup Narkoba di negara ini.
Diberitakan bahwa pada hari itu telah ditangkap 11 orang pengedar Narkoba di Kota Sakaka yang berada di wilayah Al-Jouf. Lengkap dengan, uang, mobile phone serta persenjataan yang mereka bawa.
Kesebelas pengedar Narkoba tersebut berasal dari Pakistan, 10 orang, dan orang Saudi sendiri. Â Rumah tempat mereka mengedarkan Narkoba, terletak di daerah tersembunyi dan dilengkapi dengan kamera.
Baca juga;
Arab Saudi Dan Kebutuhan Kaca Mata Anti Ultra VioletÂ
Dalam berita keduanya, tidak disebutkan jumlah Narkoba yang sudah disita Polisi Arab Saudi.
Namun bila kita mencoba googling perihal Narkoba di Arab Saudi dengan merujuk pemberitaan Arab News, Kerajaan Arab Saudi sepertinya memang sedang aktif memerangi penyelundupan dan penggunaan Narkoba di negaranya.
Pada tanggal 30 April 2023 misalnya. Kementrian Pendidikan Arab Saudi membuat program perlindungan bagi para pelajar dari penyelahgunaan Narkoba. Saudi menyiapkan 3.000 orang mentros yang akan mengingatkan pelajar akan bahayanya Narkoba.
Baca juga;
Diri'yyah dan Gap Imajinasi Muslim Indonesia
Sepertinya isu penyelundupan dan penyalahgunaan Narkoba ini menjadi perhatian serius Kerajaan Arab Saudi. Penanganan sudah bukan lagi menjadi urusan polisi, tapi lintas instansi. Bukan hanya Kementrian Pendidikan, tetapi juga Kementrian urusan Agama Islam.
Hal ini terbaca dari seruan yang dikeluarkan Kementrian Urusan Agama Islam pada hari Khamis tanggal 4 Mei 2023.
Sehari sebelum pelaksanaan Shalat Jumat berjamaah, Dr. Abdullatif memberikan arahan supaya Imam dan Khotib menjadikan tema bahaya dan penyelahgunaan Narkoba sebagai bagian dari Khutbah Jumat.
Baca juga;
Bila melihat pada kebijakan komunikasi serta pengelolaan Masjid di Arab Saudi, sepertinya instruksi dari Kementrian Urusan Agama Islam ini akan berjalan di seluruh Masjid di Arab Saudi.
Meski Masjid di Arab Saudi bertebaran di setiap tempat, namun tidak semua Masjid di Arab Saudi bisa dipakai untuk melaksanakan Shalat Jumat. Meski masjid nya terlihat luas bila memakai ukuran Masjid di Indonesia.
Setidakya ada dua ciri Masjid di Arab Saudi yang bisa dijadikan tempat shalat Jumat berjamaah. Dari sisi nama disebutkan sebagai Masjid Jami', sementara dari sisi arsitektur terdapat dua menara kembar.
Baca juga;
Lainnya tentu saja masjid yang luas serta halaman parkir mobil yang lapang. Sehingga bisa menampung orang yang datang dari setiap sudut kota.
Sepertinya begitulah materi Khutbah Jumat di Arab Saudi. Meski pemerintah tidak memberikan tema-tema Khutbah Jumat apa saja yang harus disampaikan seorang Khatib, pada satu waktu ada tema sama yang harus disampaikan seluruh Khatib di Arab Saudi. Utamanya berkaitan dengan keselamatan negara mereka.Â
Meski ada perbedaan, konon situasi ini tidak jauh berbeda dengan materi Khatib Jumat di Iran. Sebuah negara yang berbeda secara diametral dengan Arab Saudi dari sisi pemahaman Keislamannya.
Baca juga;
Seperti juga di Indonesia dan Arab Saudi, Khutbah Jumat di Iran dibagi menjadi dua bagian. Khutbah pertama dan khutbah kedua. Hanya saja ada perbedaan antara isi Khutbah pertama dengan Khutbah kedua.
Khutbah pertama di Masjid Iran diisi dengan ajakan bagi masyarakat untuk bertaqwa kepada Allah swt. Tentunya dilengkapi dengan berbagai dalil yang mendukungnya.
Sementara isi Khutbah kedua diisi dengan tema-tema kebangsaan. Memupuk rasa cinta masyarakat terhadap negaranya dan mengajak masyarakat membangun negaranya.
Baca juga;
Konon karena isi khotbah kedua inilah masyarakat Iran bisa kuat menghadap segala serangan yang menyerang negara mereka. Seperti kuatnya masyarakat Iran menghadapi embargo Amerika dan dunia internasional lainnya.
Selain dikenal sebagai masyarakat yang sangat membela Palestina, masyarakat Iran juga dikenal sangat anti Amerika. Big Evil, begitu orang Iran menyebut Amerika.
Sepertinya hal situasi ini yang berbeda dengan masyarakat Indonesia ketika mengikuti Shalat Jumat.
Baca juga;
Materi Khutbah Jumat di tanah air cenderung beragam. Sepertinya materi Khutbah Jumat yang berkaitan dengan agenda pemerintah, hanya ada di instansi-instansi pemerintahan saja.
Sangat mudah mendengarkan materi Khutbah Jumat tentang pluralisme, sektarianisme, anti terorisme, politik identitas di masjid-masjid yang berada di instansi pemerintahan. Atau di ormas atau komunitas yang dekat dengan pemerintah.
Namun tema-tema seperti itu agak sulit ditemukan di masjid yang jauh dari jangkauan pemerintah. Atau di kelompok-kelompok masyarakat yang tidak sependapat dengan pemerintah.
Baca juga;
Memahami Ayat dan Hadis Anti Perbudakan Melalui Dinamika Ketenagakerjaan Arab Saudi Terkini
Konon karena dinamika sosialnya seperti ini, sebuah Masjid di kawasan Jakarta Pusat yang mempuyai pemahaman berbeda dengan pemerintah yang berkuasa, "diakusisi" kelompok masyarakat yang mempunyai concern sama dengan pemerintah.
Sayangnya, setelah berhasil "diambil alih" aktivitas masjid nya jadi berkurang. Kegiatan sosial keagamaan yang menjadi ciri khas Masjid di Indonesia, berkurang. Tidak meriah dan ramai seperti ketika dikelola kelompok sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H