Ternyata gembalaannya bergerombol menuju pohon dengan buah berukuran kecil dan berwarna merah. Dengan lidahnya, kambing-kambing memetik buah itu, lalu mengunyahnya. Setelah itu, mereka terlihat lebih lincah. Bahkan lebih ceria.
Baca juga;
Hira Cultural District, Cara orang Arab Saudi jualan ke orang Indonesia
Penasaran, Khaldi pun memetik buah tersebut dan mengunyahnya. Ternyata Khaldi merasakan perubahan. Tubuhnya terasa lebih segar dan lebih bertenaga. Khaldi lalu menghabiskan hari-harinya memakan buah tersebut. Buah yang dikenal sekarang dengan nama buah Kopi.
Sebagaimana Khaldi memperhatikan gembalaannya dan Kopi, perilaku Khaldi pun tidak luput dari amatan. Seorang sufi bernama Ali bin Omar Al-Shadu memperhatikan Khaldi dengan buah kopinya.
Sang Sufi bergerak lebih jauh. Mengolah buah kopi yang biasa dimakan Khaldi menjadi minuman. Hasilnya bukan hanya minuman yang membuat Al-Shadu lebih segar dan bertenaga, tapi juga bisa menahan kantuk. Al-Shadu yang terbiasa mengkaji Kitab sampai larut malam, terbantu dengan khasiat Kopi ini.
Khasiat Kopi pun menyebar. Dari Ethiopia, kawasan Timur Benua Afrika, Kopi menyebar ke orang Kairo yang berada dibelahan Barat Benua Afrika. Dari Kairo, Kopi masuk ke Makkah dan Madinah yang sudah masuk wilayah Benua Asia.
Dari Makkah dan Madinah, minuman yang dianggap ajaib ini terus menyebar sampai ujung Asia, Turki. Konon di negeri yang menjadi pembatas pembatas Asia dan Eropa di dirikan cafe pertama di dunia. Tempat meminum Kopi diluar rumah.
Setelah sekian lama berada dalam era kegelapan, "Dark Age", dan mulai masuk abad pencerahan, Kopi dari Turki pun masuk ke Eropa.
Baca juga;
Masjid di Saudi Arabia dan orang-orang kelebihan berat badan