Sampai ketika sudah menjadi Raja, Al-Fatih akhirnya menemui gurunya itu dan mengingatkan gurunya tentang peristiwa pemukulan itu. Kepada Guru nya, Al-Fatih bertanya apa maksud Guru nya memukul dirinya itu. Padahal menurut Al-Fatih, pada waktu itu dia sama sekali tidak membuat kesalahan.
Mendengar pertanyaan itu, guru Al-Fatih terlihat sumringah. Sang Guru pun menjawab pertanyaan muridnya yang sudah menjadi Raja tersebut.
Kata sang Guru, sebenarnya dia sudah menunggu lama saat-saat Al-Fatih menanyakan perihal peristiwa pemukulan itu. Sang Guru juga mengatakan bahwa dia sangat senang ditanya perihal itu.
Kepada muridnya, sang Guru mengatakan yang sejujurnya bahwa itu adalah pukulan Kedholimam. Pukulan aniaya karena tidak ada alasan sama sekali. Karena itu adalah pukulan kedholiman bukan pukulan perhatian atau kasih sayang, maka Al-Fatih terus mengingatnya tidak bisa melupakannya. Bahkan sampai dia menjadi Raja.
Karena itu menurut sang Guru, sebagai Raja, hendaknya Al-Fatih jangan melakukan kedholiman bagi rakyatnya. Karena rakyat akan mengingat kedholimannya dalam waktu yang sangat lama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H