Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ikatan Dokter Indonesia, dr Terawan dan Sains

30 Maret 2022   11:01 Diperbarui: 30 Maret 2022   11:08 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah dipublikasikan di situs ini oleh penulis yang sama --sudahbacadotcom--

Anggap saja selain ada organisasi profesi bernama IDI, Ikatan Dokter Indonesia, di Indonesia ada juga organisasi profesi bernama IDN. Ikatan Dukun Nasional. Kedua organisasi profesi ini diakui, eksis dan aktif memberikan bantuan kepada masyarakat.

Meski sama-sama ingin menyembuhkan masyarakat yang sakit, pasti mereka mempunyai cara yang berbeda ketika bekerja. Karena keduanya mempunyai cara pandang yang berbeda dalam melihat masyarakat dan penyakit.

Karena para dokter menganggap kebersihan, keramahan dan kenyamanan adalah bagian dari upaya menyembuhkan orang sakit, maka mereka akan memakai baju putih ketika praktek, rambut disisir rapih, ramah dan senyum ketika berkomunikasi, juga menyemprot ruangannya dengan parfum atau aroma terapi. Sebaliknya karena para Dukun memandang kemisteriusan, keangkeran dan keghaiban sebagai hal yang sangat penting, maka mereka akan memakai baju hitam ketika praktek, rambut tidak perlu rapih, ruangan digelapkan dan membakar kemenyan.

Karena dokter melihat penyakit sebagai fenomena fisikal, maka solusinya adalah obat untuk memperbaiki fisik. Bila dokter melihat ada fenomena diluar fisik yang menjadi penyebab, maka dia akan menyarankan supaya itu juga diselesaikan. Seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sementara dukun yang melihat penyakit sebagai fenomena non-fisik, maka solusinya adalah mantra atau jimat. Bila penyakit nya itu kiriman, maka mantra atau jimat itu akan dikirimkan kepada orang yang mengirim penyakit tersebut. Begitu seterusnya.

Namun diantara sekian perbedaan dokter dan dukun, pangkalnya ada pada pada landasannya. Bila landasan kerja seorang dukun adalah dunia mistik, maka landasan kerja seorang dokter adalah dunia sains.

Kedokteran adalah diantara dunia yang lahir dari perkembangan sains. Kedokteran adalah hasil riset untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang tanpa putus. Hasil dari riset itu diajarkan secara formal dan massif di lembaga-lembaga pendidikan. Berbeda dengan dunia perdukunan. Hasil dari berdiam diri di tempat-tempat keramat beserta ritual-ritual khusus lalu diajarkan secara individual dan informal.

Karenanya siapapun yang ingin menjadi seorang dokter, maka dia harus pergi ke sekolah dan menuntaskan pendidikannya dari awal sampai akhir. Sementara siapapun yang ingin menjadi dukun, maka dia tidak perlu ke sekolah. Karena di sekolah tidak diajarkan perdukunan.

Sains yang menjadi pijakan dunia kedokteran inilah yang menjadi titik pangkal sikap IDI untuk memecat DR. Terawan. Praktek kedokteran yang diterapkan DR. Terawan, sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Sains di dunia kedokteran. Bila pola DR. Terawan dibiarkan, bukan hanya merusak landasan kerja dunia kedokteran, tapi juga berbahaya bagi keselamatan pasien. Karena itu IDI harus bersikap. Bukan hanya untuk tetap menjadikan Sains sebagai prinsip dunia kedokteran, tapi juga menyelematkan nyawa orang.

Upaya IDI ini tidak berbeda dengan upaya organisasi profesi yang lain. Seperti organisasi profesi wartawan yang akan menghukum setiap anggotanya yang terbukti melanggar prinsip-prinsip kerja jurnalistik. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan orang banyak. Karena kerja jurnalistik juga seperti kerja dunia kedokteran. Berkaitan erat dengan keselamatan dan nasib orang banyak.

Prinsip Sains kedokteran seperti apa, itu menjadi wilayah tekhnis para dokter. Orang awam atau yang jauh dari dunia kedokteran, pasti akan sulit untuk memahami itu. Otoritas akan hal itu ada pada pakar-pakar dunia kedokteran.

Dari sini biasanya akan muncul pertanyaan pertama. Kalau kedokteran itu hasil pengembangan sains, apakah dokter bisa menjamin setiap pasien yang dia rawat akan sembuh? Bukankah sains itu utama dan katanya sudah merubah kehidupan kita?

Jawaban tegas atas pertanyaan diatas adalah, dokter tidak akan pernah bisa menjamin 100% bisa menyembuhkan pasien nya. Secara teoritis dan praktis, dokter terbukti tidak bisa memberikan jaminan itu. Setinggi apapun kapasitas keilmuannya.

Karena memang begitulah prinsip Sains itu sendiri. Hasil dari Sains itu kemungkinan (probabilitas) bukan kepastian. Dokter itu sebenarnya hanya bisa mengatakan bahwa bila terapi yang dia sarankan dilakukan dan resep obat yang dia berikan diminum secara benar, maka seorang pasien mungkin akan sembuh. Bukan pasti akan sembuh.

Hanya saja Sains selalu berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kapasitas. Meski hanya menghasilkan kemungkinan bukan kepastian, Sains selalu berusaha bahwa nilai kemungkinan yang dihasilkan itu tinggi. Dokter mungkin tidak bisa menjamin 100% bahwa obat yang dia resepkan akan menyembuhkan pasien, tapi para dokter bukan hanya tidak akan menyarankan obat yang nilai probabilitas menyembuhkannya rendah, mereka juga akan melarang peradaran obat dengan nilai probabilitas sangat rendah. Selalu ada batas minimal probabiltas yang diizinkan.

Setelah ini mungkin muncul pertanyaan kedua. Kalau kedokteran yang basisnya Sains tidak bisa memberikan kepastian, berarti wajar bila ada dunia non-Sains yang bisa menyembuhkan manusia kan?

Jawaban atas pertanyaan ini bukan hanya betul, tapi juga sangat betul.

Coba saja berangkat ke kampung-kampung adat yang ada di Indonesia. Seperti suku Baduy Kanekes di Banten atau Kampung Adat Ciptagelar di Sukabumi. Disana tidak ada laboratorium yang meneliti hutan, tidak ada perpustakaan berisi buku-buku cara memelihara lingkungan, tidak ada sarjana Kehutanan, Teknik Lingkungan atau Doktor Sosiologi. Namun mereka dikenal sebagai orang-orang yang tahu bagaimana caranya menjaga kelestarian lingkungan dan membangun kerukunan hidup.

Dalam dunia yang relatif lebih paralel dengan dunia kedokteran, orang bisa berangkat ke daerah Suryalaya Tasikmalaya. Disana terdapat sebuah komunitas keagamaan yang terbukti bisa menyembuhkan penyakit ketergantungan terhadap narkoba. Kita juga bisa berjalan-jalan ke banyak tempat yang memperkenalkan terapi alternatif untuk membantu menyembuhkan manusia. Praktek penyembuhan yang mereka lakukan bukan berdasarkan sains, tapi terbukti ampuh menyelesaikan masalah kesehatan.

Jadi sangat mungkin ada cara yang belum dijelajah sains, tapi bisa menjadi solusi. Hanya saja sains tetapi menjadi rujukan utama karena sains mempunyai metode untuk verifikasi dari setiap langkah yang dilakukan.

Kalau begitu, DR Terawan bisa jadi benar kan? Meski metode nya menurut parak dokter bertentangan dengan Sains, tapi terbukti banyak testimoni yang menyatakan keampuhan metode nya.

Betul. Pola yang dikembangkan bisa jadi benar secara hasil. Terlebih banyak testimoni yang menyatakan keampuhan metode DR Terawan. Hanya saja bila kembali lagi ke prinsip Sains kedokteran yang menjadi dasar, metode yang dikembangkan DR Terawan keliru. Akan ada resiko besar di kemudian hari bila prosedur tidak dijalani dengan benar dan patokannya hanya testimoni. Contoh sederhana berbahayanya berpegang pada testimoni adalah keberhasilan para Crazy Reach Indonesia yang menipu banyak orang dengan modal testimoni.

Oleh karena itu mestinya tagline nya adalah save IDI bukan save Terawan. Karena IDI sedang mengingatkan para dokter untuk berjalan di dunia Sains. Dunia medis bisa porak poranda bila pola yang dikembangkan Terawan dibiarkan.

DR. Terawan masih bisa beraktivitas untuk menyelematkan manusia dengan metode nya. Tapi karena tidak sesuai dengan Sains, gelar dokter nya mesti dilepaskan. Dia bisa bersikap seperti akupuntur, penyedia terapi alternatif atau tukang bekam. Mereka tidak pernah mengatakan dirinya dokter, tapi menjadi solusi dari setiap problem kesehatan yang dihadapi masyarakat. Seperti yang dilakukan para dokter lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun