Dalam Bahasa Arab, nama Universitasnya adalah "Jamiatul Malik Abdullah Lilulum Wattaqniyah". Sementara dalam Bahasa Inggris nama nya adalah "King Abdullah University for Science and Technology". Biasa disingkat dengan KAUST. Melalui nama terakhir inilah kampus di Saudi Arabia ini dikenal dunia. Komunitas orang Indonesia yang kuliah di kampus ini selain tergabung dalam PPMI Jedah, juga mendirikan komunitas bernama KAUSTINA. Situs KAUSTINA memberikan banyak informasi hidup dan kuliah di KAUST.
Nama Raja Abdullah sendiri merujuk kepada pendiri kampus ini, Abdullah bin Abdulaziz Al Saud. Raja Arab Saudi ke enam yang berkuasa dari tahun 2005 -- 2015. Namun de facto Raja Abdullah sudah memerintah Saudi Arabia sejak tahun 1995 ketika pendahulunya, Raja Fahd, sakit. Harapan Raja Abdullah terhadap berdirinya KAUST dipahat dalam prasasti juga dicantumkan dalam situs KAUST bahwa "KAUST shall be a beacon for peace, hope and reconcilliation, and shall serve the people of the Kingdom and the world"
Ketika mendirikan KAUST, Raja Abdullah terobsesi untuk membangun kembali Baitul Hikmah. Sebuah lembaga penelitian dan pendidikan pada masa kegemilangan umat Islam di abad pertengahan. Baitul Hikmah sendiri adalah simbol pesatnya pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi oleh umat Islam sebelum nantinya dihancurkan oleh bangsa Monggol yang menaklukan Baghdad.
Diantara peneliti di Baitul Hikmah yang hasil penelitiannya dirasakan sampai sekarang dan menjadi dasar berkembangnya dunia digital adalah Abu Ja'far Mohammed Ibn Musa. Pada abad modern ini, lebih dikenal dengan nama Al-Khawarizmi. Karena Abu Ja'far dilahirkan di Khawarizmi, sebuah tempat di Kishva wilayah Uzbekhistan sekarang.
Matematikawan dari Baitul Hikmah ini menuliskan karyanya dalam kitab berjudul "Al-Kitab Al-Mukhtasar Fil Hisab Al-Gabr wal Muqabala" yang sering disingkat dengan nama "Kitab Al-Mubala". Kata "Al-Gabr" dalam judul buku ini pada masa sekarang menjadi Al-Jabar. Bagian dari Matematika yang mesti dipelajari siswa-siswa di Indonesia dan seluruh dunia.
Dalam Bahasa Latin, karya Al-Khawarizmi ini diterjemah kan menjadi "Liber algebrae et almucabala". Lalu dalam bahasa Inggris, buku ini diterjemahkan menjadi "A Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing". Buku perihal perhitungan, penyelesaian dan keseimbangan. Dalam bahasa Jerman, buku ini dierjemahkan menjadi "Die Algebra, Kitab al-Gabr wal-Muqabala"
Karena obsesi Raja Abdullah inilah KAUST bukan hanya mengundang banyak pakar terkemuka dunia untuk menjadi pengajar, tapi juga mahasiswa internasional. Bila kita membuka website KAUST, mungkin hampir 95% Professor dan penanggung jawab laboratorium nya berwajah Eropa, Amerika dan Asia. Sedikit pengajar berwajah dan bernama Arab. Begitu juga dengan mahasiswanya.
Sebagaimana keumuman kampus negeri di Saudi Arabia, kita tidak akan menemukan biaya kuliah, gratis biaya pendaftaran untuk menjadi mahasiswa KAUST serta beasiswa Haji dan Umrah.
Namun berbeda dengan universitas-universitas di Saudi Arabia lainnya. KAUST tidak mewajibkan Mahasiswi ditemani muhram, membolehkan Mahasiswa tidak memakai penutup kapala asal berpakain rapih serta terbuka bagi non-muslim. Karenanya di KAUST bukan hanya mudah menemukan wajah-wajah berparas Barat, tetapi juga berwajah oriental dari China atau negara-negara Asia Timur.
Perbedaan lainnya adalah besaran beasiswa. Setiap yang diterima menjadi mahasiswa KAUST akan otomatis mendapat beasiswa antara $ 20.000 - $ 30.000 per tahun. Disesuaikan dengan jenjang dan progress studi dan angka ini diluar beasiswa untuk program Post-Doctoral. Angka ini bukan hanya tertinggi di Saudi Arabia, bahkan mungkin dunia. Hanya berbeda sedikit dengan negara-negara Skandinavia yang dikenal kerap memberikan beasiswa yang cukup tinggi untuk mahasiswa Ph.D.
Hanya saja bila ditotal, sepertinya beasiswa di KAUST tetap yang tertinggi. Selain uang beasiswanya bebas pajak, biaya hidup di Saudi yang lebih rendah dibanding negara-negara Skandinavia. Apalagi KAUST juga menyiapkan "Relocation Support". KAUST tidak hanya memberikan tiket pesawat PP bagi penerima mahasiswa, tapi juga keluarganya. Bila suami/istri penerima beasiswa ikut ke KAUST, disediakan pekerjaan. Begitu juga dengan anak-anak.