Dokumenter ini menambahkan bahwa ketika berceramah, dihadapan Paus Paulus tidak hanya ada masyarakat kelas bawah yang sedang susah secara ekonomi dan tidak bisa baca tulis, tapi juga kelompok borjuis. Keduanya memaknai secara berbeda ajakan Paus Paulus. Bagi masyarakat kelas bawah, ajakan Perang Suci ke Jerusallem adalah jalan keluar bagi kesusahan hidup. Bila berhasil, mereka akan menikmati kemakmuran di Timur, bila gagal mereka akan mendapat surga.
Namun kaum borjuis memaknai ajakan Paus secara berbeda. Bagi mereka Timur adalah "Full of milk and fruit". Negeri yang dipenuhi dengan susu dan buah. Bila susu adalah produk peternakan, maka buah adalah produk pertanian. Karena keduanya termasuk barang Lux, maka bisa dipastikan Timur adalah negeri yang makmur. Dalam bayangan kaum borjuis itu, menaklukan Timur berarti memperluas kekuasaan dan kekayaan. Pada akhirnya, kelompok aristokrat borjuis inilah yang kemudian menjadi pilar penting terjadinya Perang Salib.
Situasi munculnya Perang Salib diatas mau tidak mau mengingatkan kita akan kondisi sekarang. Ketika banyak orang menuding Agamawan sebagai pemicu segala macam bentuk kekerasan atas nama Agama.
Adalah benar bila pemahaman dan praktek beragama seperti yang ditunjukan orang Eropa kala itu memicu kekacauan kehidupan masyarakat. Hanya masalahnya orang menuding hal tersebut sambil berdampingan dengan para oligarki yang mengusai sebagian besar sumber ekonomi masyarakat. Seperti borjuis Eropa yang pada masa sebelum perang Salib merupakan para tuan tanah penguasa faktor produksi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H