Menurut Harari, antara abad ke 16-18 problem utama pelayaran dunia bukanlah ancaman penduduk lokal, kapal perang musuh atau rindu kampung halaman para awal kapal, tetapi Skorbut. Sejenis penyakit misterius yang kerap menyerang awak kapal. Pelayar yang terserang penyakit ini akan menjadi lesu, depresi, gigi rontok, muncul luka lepuh terbuka, demam, sakit kuning dan kehilangan kendali atas anggota tubuh mereka. Karena belum ditemukan pencegahannya, pada abad itu diperikirakan sekitar 2 Juta pelaut meninggal karena Skorbut.
Namun ekspedisi militer dan sains kerjasama antara Royal Society of London dan Royal Navy berhasil menemukan solusi dari penyakit Skorbut, yaitu Vitamin C. Dalam sebuah ekspedisi sains yang dipimpin Kapten James Cook, pelaut sekaligus ahli geografi dan etnografi Inggris, perwira Royal Navy ini tidak hanya memuat kapalnya dengan acar kol dalam jumlah yang sangat banyak, tetapi juga memerintahkan pelautnya untuk makan buah dan sayur dimanapun kapal bersandar di darat. Hasilnya, Cook tidak kehilangan seorang pelaut pun karena penyakit Skorbut.
Menurut Harari, ekspedisi Cook ini meletakan landasan bagi pendudukan Britania atas Pasific barat daya, penaklukan bagi Australia, Tasmania, Selandia Baru, pemukiman jutaan orang Eropa di koloni-koloni baru dan pemusnahan kebudayaan-keubdayaan asli dimana sebagaian besar adalah populasi asli.
Di Indonesia sendiri, riwayat kejayaan nusantara adalah riwayat tentang pelaut-pelaut nya yang tangguh. Tentang orang-orang Nusantara yang bisa membuat Kapal tahan hantaman gelombang dan cuaca laut dari kayu-kayu berumur tua yang kuat. Namun seperti yang sudah kita ketahui, hikayat-hikayat seperti itu seperti hilang dan tidak terceritakan kembali.
Bila kita kembali ke buku "Kumpulan Cerita Rakyat Jepang" sebagai sebuah sastra klasik masyarakat Jepang, maka surutnya hikayat-hikayat yang berkaitan dengan dunia Laut di Indonesia bisa kita lihat pada pemahaman orang tentang salah satu tokoh sastra yang pernah dimiliki Indonesia; Pramoedya Ananto Toer.Â
Banyak orang mengenal dan mengkaitkan Pram dengan tetralogi Bumi Manusia. Padahal bila kita review lebih lengkap lagi, selain tetralogi itu, Pram juga telah menulis sebuah karya sastra yang tidak kalah menarik dan mesti dibaca, yaitu "Arus Balik". Novel yang menceritakan awal keruntuhan Nusantara dengan budaya Maritim sebagai lanskap nya. Â Â Â
Delianur
Bandung, 09 Agustus 2021
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H