Filosofi Teras:
Pemikiran Kuno Yunani Untuk Panduan Hidup Praktis Masa Kini
DR. A. Setyo Wibowo, adalah pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Dikenal mempunyai pengetahuan mendalam tentang filsafat Yunani.Â
Ketika memberikan kata pengantar atas buku berjudul Filosofi Teras; Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini yang ditulis Henry Manampiring ini, Setyo Wibowo memulainya dengan menceritakan kembali salah satu fragmen dalam film The Gladiator. Film produksi tahun 2000 yang disutradari Ridley Scot dan dibintangi peraih oscar, Russell Crowe.
Dalam 15 menit pertama The Gladiator, diungkap tentang peperangan di Romawi Utara. Utusan Romawi yang dikirim ke kaum Barbar di Germania untuk merumuskan perdamaian, kepalanya di pancung. Maximus (Russell Crowe) sang Panglima Perang Romawi tidak mempunyai cara lain menghadapi kaum Barbar Germania selain memeranginya. Peperangan terhadap kaum Barbar pun dilakukan dan berakhir dengan kemenangan Romawi.
Sementara itu di sebuah bukit, Marcus Aurelius kaisar Romawi yang dijaga pasukan Pretoria (pasukan penjaga kaisar) terlihat memantau jalannya pertempuran. Ketika kaum Barbar dari Germania berhasil ditaklukan, alih-alih bergembira dan berpesta karena mendapat kemenangan, Marcus Aurelius justru terlihat termenung. Marcus masih berpikir apakah memang mesti seperti itu nasib kaum Barbar. Apakah memang tidak bisa ada jalan damai antara Romawi dan kaum Barbar Germania.
Riwayat kaisar Marcus Aurelius dengan reaksinya dalam melihat perang, mau tidak mau mesti diungkap ketika membahas Filsafat Stoic. Karena Marcus Aurelius adalah diantara kaum Stoa, orang yang memperkenalkan dan menjalankan ajaran Stoic. Sebuah filsafat yang muncul pada masa Yunani Kuno pasca Socrates. Oleh Henry Manampiring dalam bukunya ini Filsafat Stoic diterjemahkan menjadi Filsafat Teras. Karena dulu ketika Filsafat stoic ini diperkenalkan Zeno, pengajarannya dilakukan di teras depan rumah.
Marcus sendiri dikenal sebagai The Great Five dalam riwayat kaisar Romawi. Dikenal sebagai penguasa yang adil dan penuh kasih. Menurut Eric Weirner dalam The Socrates Express, Marcus memimpin sebuah kekaisaran dengan populasi seperlima penduduk dunia dan 500.000 tentara. Ketika Romawi menghadapi masalah ekonomi, Marcus lebih senang melelang peralatan perang dan properti Istana ketimbang menaikan pajak. Marcus adalah Raja yang unik. Selain Raja, dia juga seorang filsuf.
Dalam riwayat perjalanan Filsafat Stoa, Marcus bukan hanya dikenal sebagai Raja yang menjalankan laku kaum Stoa, tapi juga memperkenalkan ajaran-ajaran Stoa. Buku Marcus Aurelius berjudul "Meditation" yang memperkenalkan ajaran Stoa sampai sekarang masih dibaca banyak kalangan. Bill Clinton mantan Presiden Amerika menyebut "Meditation"sebagai salah satu buku favoritnya.
Namun yang harus diingat, "Meditation" bukanah buku filsafat yang dikenal sangat rumit untuk dicerna. "Meditation"adalah catatan harian Marcus Aurelius ketika memerintah karenanya lebih banyak ujaran-ujaran yang bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Eric Weirner, bila dikaitkan dengan kehidupan sekarang, maka "Meditation" itu tidak lebih dari coretan-coretan yang ditempelkan di kulkas untuk mengingatkan banyak orang akan kehidupan sehari-harinya. Karena begitulah Filsafat Stoa. Pemikiran Yunani kuno yang bersifat praktis.
Karena Stoa dikenal sebagai filsafat praktis, maka Stoa adalah filsafat yang riwayatnya terus berjalan sampai sekarang semenjak pertama kali dilahirkan di Yunani sekitar 2.000 tahun silam. Pengamalnya merentang dari banyak kalangan. Selain Marcus yang seorang politisi penguasa, Zeno yang pertama kali melahirkan filsafat Stoa adalah seorang pedagang.Â
Ada juga Epictetus, seorang budak yang dilahirkan di Turki (dulu Turki adalah wilayah Yunani) yang menjadi filosof Stoa. Buku Epictetus berjudul Enchiridion yang hanya 18 halaman, menjadi teks kuno yang menjadi handbook kaum Stoa. Juga ada Seneca, seorang penasehat Kaisar yang menjadi oposisi. Karena ajaran Stoa, Seneca bisa menghadapi ancaman hukuman mati dari penguasa dengan tertawa.