Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laila Majnun, Legenda Cinta dari Persia

8 Desember 2020   20:47 Diperbarui: 28 April 2021   07:05 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Ali bin Abi Thalib, ada tiga karakter manusia ketika beribadah kepada Tuhan. Karakter pertama adalah manusia yang beribadah dengan pola hamba yang dikenal sangat takut pada tuannya. 

Melalui pola ini, manusia beribadah karena takut akan Tuhan. Sebab Tuhan menyebutkan akan menyiksa manusia bila tidak mengikuti perintahnya. Karakter kedua atau karakter diatasnya adalah manusia yang beribadah memakai pola pedagang. 

Melalui pola ini, manusia beribadah karena berharap mendapat balasan pahala dari Tuhan. Karena Tuhan memang sudah menjanjikan akan memberikan pahala bila manusia beribadah.

Sementara pola ketiga adalah manusia yang beribadah kepada Tuhan karena Cinta. Pada karakter ini, manusia sudah tidak lagi melihat Tuhan sebagai sosok menakutkan seperti para hamba, atau tidak berhitung untung rugi seperti pedagang. Manusia beribadah karena memang Cinta pada Tuhan. 

Karakter peribadatan seperti inilah yang menurut Ali bin Abi Thalib sebagai karakter peribadatan tertinggi. Diatas karakter ibadah hamba dan ibadah pedagang. Manusia beribadah bukan karena takut atau berharap untung rugi, tapi semata Cinta pada Tuhan. Ibadah berdasar Cinta adalah ibadah tanpa pamrih. Ibadah seperti inilah yang kerap dipraktekkan para sufi.

Dalam konteks inilah Nizami mengeksplorasi apa yang akan dialami manusia ketika manusia dirasuki Cinta. Eksplorasi ini tidak hanya diwujudkan Nizami dalam syair-syair romantis dan sangat sufistik, tapi juga pada karakter Majnun, Layla dan termasuk Ibnu Salam.

Nama asli Majnun sendiri adalah Qais. Masyarakat memanggilnya Majnun, yang berarti gila, karena perilaku nya yang berubah seperti orang gila sejak mencintai Layla. 

Hanya anehnya meski disebut gila, karena cinta nya Majnun bisa menghasilkan syair-syair romantis tentang Cinta yang menggugah dan menyadarkan banyak masyarakat. 

Nizami seolah ingin mengatakan bahwa siapapun yang mencintai Tuhan nya, maka meski dia dianggap gila oleh sekelilingnya namun kesadaran dan kecerdasannya berada diatas rata-rata manusia sehingga manusia bisa terinspirasi oleh syair-syair yang digubahnya.

Hal menarik dari sosok Majnun adalah ketika Nizami menggambarkan Majnun sebagai orang yang dipandang hina dan hidup terkucil dari masyarakat karena kegilaannya, tapi hidupnya sangat terjaga dan terlindungi. 

Majnun bisa merasakan kenikmatan hanya dengan memakan dedaunan dan binatang-binatang buas yang ditakuti masyarakat, semuanya menjadi pelindung Majnun. Keakraban Majnun dengan binatang buas ini akan mengingatkan kita kepada hikayat Hasan al-Bashri yang karena kesufiannya, tidak lagi ditakuti burung-burung yang selalu takut pada manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun