Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia, Juara Dunia dengan Sepak Bola Machiavelli

22 November 2020   15:03 Diperbarui: 22 November 2020   15:12 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaliknya ketika teman sendiri menguasai Bola, maka ruang harus dibuat lebar. Pemain-pemain lain harus bergerak aktif membuka ruang sehingga lapangan terlihat luas. Permutasi pemain dalam setiap posisi yang dilakukan secara cepat inilah yang menjadi ciri utama Sepakbola Belanda.

Bila dalam arsitektur upaya memperluas ruang disebut dengan gerakan Total, maka dalam Sepakbola gerakan ini disebut dengan Total Football. Sebuah permainan bola yang mengandalkan fleksibilitas posisi pemain, pergerakan pemain sebagai konsekuensi dari upaya untuk mencpatakan ruang agar bisa di eksplotasi semaksimal mungkin. Jadi Total Football Belanda lahir dari Psyche orang Belanda yang tergila-gila dengan ruang dan pemanfaatannya.

Begitulah kira-kira pandangan David Winner tentang Sepakbola Belanda yang dituangkan dalam buku "Brilliant Orange; The Neurotic Genius of Dutch Football" yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2000. Winner sendiri adalah orang Inggris yang tergila-gila dengan Sepakbola Belanda.

Bila judul tulisan ini adalah tentang Italia, lalu bagaimanakah cara negeri spagheti ini membangun Sepak bolanya?

Dalam Becoming Champions, dokumenter tentang negara-negara peraih Piala Dunia, John Carlin seorang penulis dari Italia mengatakan bahwa Italia terkenal dengan efisiensi dalam seni dan arsitekturnya. Prinsip efisiensi inilah yang mempengaruhi gaya permainan Sepakbola Italia. Namun pengaruh efisiensi bukan hanya didapat dari seni dan arsitektur saja, tapi juga dari salah satu pemikir Italia masa renaisans, Niccolo Machiavelli. Karena Macchiavelli adalah Raja efiesiensi dan Raja pragmatis.

Nama lengkapnya adalah Nicolo di Bernardo dei Machiavelli. Hidup sepanjang tahun 1469-1527. Dianggap sebagai bapak filsafat dan ilmu politik modern yang dikenal dengan bukunya "The Prince" (Il Principe). Meski dikecam dan dibenci karena pandangan politiknya dalam The Prince jauh dari moralitas, faktanya pendapat Machiavelli menjadi pegangan banyak kalangan. Benito Musollini misalnya. Pemimpin Italia ini menyebut The Prince sebagai "vade mecum for statesman", manual untuk para negarawan. Senada dengan Napoleon yang mengatakan bahwa the Prince "The only book worth reading", satu-satu nya buku yang layak dibaca.

Mungkin untuk memahami tulisan politik Machiavelly dalam The Prince, bisa difahami dalam paragraph awal buku Bertrand Russel "History of Western Philosophy..." ketika menulis Machiavelli.

Menurut Russel, Renaisans memang tidak melahirkan filosof teoritis yang penting, namun Renaisans melahirkan manusia besar dalam kancah filsafat politik, yaitu Niccolo Macchiavelli. Filsafat politiknya bersifat ilmiah dan empiris, didasarkan pada pengalaman kehidupannya sendiri dan berbicara tentang cara meraih tujuan tertentu. Terlepas apakah tujuan itu baik atau buruk, tujuan-tujuan yang diungkapkan Machaivelli pada suatu ketika laik kita sambut dengan tepuk tangan.

Dari uraian Russel, terbaca bahwa Machiavelli tidak sedang membicarakan politik seharusnya, tetapi politik senyatanya. Machiavelli tidak membicarakan normativitas dan idealitas politik, tapi sedang membicarakan realitas politik. Karena Machiavelli sendiri adalah orang yang terlibat langsung dalam politik di Florence. Sebuah negara kota yang sekarang ini menjadi bagian dari negara Italia. Jadi bila orang mempertanyakan moralitas politik dalam The Prince, pasti tidak akan ditemukan. Karena Machiavelli sedang membicarakan realitas politik dan cara mempertahankan kekuasaan.

Machiavelli sendiri hidup pada masa ketika negara kota Florence sedang ramai dengan perseteruan politik. Politik di Florence, dipenuhi penguasa yang berasal dari keluarga kaya dan kuat. Dalam rangka mempertahankan dan memperebutkan kekuasaan, mereka bukan hanya bekerja sama dengan para konglomerat, tapi juga para agamawan. Karena yang penting itu adalah mencapai tujuan.

Menurut Carlin, pragmatisme sepakbola Italia tercermin dari Cattenacio nya. Sepakbola defensif. Menumpuk banyak pemain di lini pertahanan dengan sekali-kali melakukan serangan balik ketika lawan terlihat lengah. Sepakbola yang tidak atraktif dan tidak indah tapi terbukti ampuh membawa kemenangan bagi Italia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun