Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Anak dan Kemenakan", Masalah Indonesia yang Berulang

24 Oktober 2020   13:17 Diperbarui: 27 Oktober 2020   04:25 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana novel "Sitti Nurbaya" dan novel "Memang Jodoh", "Anak Dan Kemenakan"juga novel Marah yang mengkritisi tradisi masyarakat Minangkabau. Dalam hal ini Marah melihat adanya relasi yang keliru antara seorang ayah terhadap anak kandung nya sendiri dan terhadap kemenakan (keponakan).

Sebagaimana diketahui, dalam masyarakat Minangkabau seorang Ayah bukan hanya mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan membesarkan anak kandungnya sendiri, tetapi juga mempunyai kewajiban untuk mendidik dan membesarkan keponakannya. Kemampuannya dalam mendidik keponakan, akan menggambarkan seberapa besar citra dirinya. 

Keponakan yang sukses, mencitrakan paman yang sukses mendidiknya. Begitu juga sebaliknya Kewajiban ini tergambar dalam ungkapan adat yang berbunyi "Anak Dipangku Keponakan Dibimbing"

Namun Marah melihat ada kekeliruan dalam masyarakat. Kewajiban adat untuk mendidik keponakan, menjadikan seorang Ayah lebih memprioritaskan perhatian kepada keponakannya ketimbang kepada anak kandungnya sendiri. 

Marah menggambarkan secara ekstrem tentang bagaimana seorang Ayah yang membunuh anak nya demi melindungi keponakannya.

Padahal menurut Marah, frasa "Anak Dipangku Keponakan Dibimbing" menyiratkan bahwa seorang Ayah itu lebih dekat ke anaknya, karena dipangku, bukan kepada keponakannya, karena dia dibimbing. Ada perbedaan jarak ketika seorang Ayah memangku dan membimbing.

Bila "Anak Dan Kemenakan" kita baca sampai di sini, maka kita akan melihat novel ini tidak lebih dari hikayat problematika masyarakat Minangkabau. Tidak lebih dari itu. 

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi
Akan sangat berbeda bila kita melihatnya sampai akhir dan membaca dinamika yang berkembang sekarang. Kita akan melihat bahwa apa yang diungkap Marah, pada dasarnya juga terjadi sekarang. Bukan hanya masalah masyarakat Minangkabau masa dahulu, tapi masalah Indonesia sekarang.

Misalnya, dalam novel ini Marah menunjukan implikasi sangat serius dari masyaraat yang melegitimasi seorang Ayah yang meminggirkan anaknya dami keponakannya. 

Situasi ini bukan hanya menyebabkan orang tua yang semena-mena dalam melihat keluarga dan pernikahan, tetapi terpinggirkannya seorang anak yang berpotensi untuk membangun negerinya. 

Karena adat dan masyarakat tidak memberikan ruang yang luas kepada dirinya untuk berkarya membangun negerinya, padahal dia sangat mempunyai kapasitas untuk itu, jadinya sang anak pergi ke negeri lain untuk mengembangkan potensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun