Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Roman Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai: Perlawanan Samar Atas Kolonialisme

30 Mei 2020   11:22 Diperbarui: 30 Mei 2020   11:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun dalam 1/6 halaman terakhir, kita akan membaca adanya cerita buruknya penjajahan Belanda yang ditulis secara sublim. Seperti Belanda yang keteteran melawan perlawanan rakyat Aceh atau yang sewenang-wenang menerapkan pajak dan melanggar perjanjian dengan orang Minangkabau.

Salah satu kritik terhadap novel ini adalah penokohannya yang lemah. Samsul Bahri yang semula adalah sosok yang diidolakan, akhirnya ternyata hanya seorang antek Belanda yang membunuh kaumnya.

Sementra Datuk Maringgih yang semula digambarkan sebagai aktor segala kejahatan, di akhir justru aktor yang memobilisasi perlawanan terhadap Belanda. Orang juga banyak kecewa ketika keduanya dimatikan oleh Marah Roesli.

Namun menurut Denny Prabowo dalam pengantar buku ini, justru disitulah terletak siasat penulisnya. Kalau Marah Roesli hanya mematikan Datuk Maringgih dan membiarkan Samsulbahri hidup, maka pengarangnya akan dianggap sedang memenangkan penjajah.

Sebaliknya, jika  Datuk Maringgih hidup dan Samsulbahri mati, maka novel ini tidak akan diterbitkan Balai Pustaka. Karena dipandang bertentangan dengan kebijakan pemerintah kolonial.

Dari sekian novel Balai Pustaka, mungkin novel inilah yang menancap kuat dalam ingatan publik. Nama Sitti Nurbaya dan Datuk Maringgih adalah nama yang kerap disebut meski ceritanya tidak dibaca lengkap. Mungkin karena itu juga ada kekeliruan dalam memahami Sitti Nurbaya.

Nama Sitti Nurbaya sinonim dengan upaya orang tua yang memaksa anak perempuannya menikah bukan dengan pilihan si anak perempuan. Bahwa novel ini mengingatkan orang tua untuk tidak sewenang-wenang dalam mengkawinkan anaknya, itu benar.

Tapi dalam Roman ini, Sitti Nurbaya adalah anak yang rela menikah bukan dengan lelaki pilihannya, karena bakti terhadap orang tua bukan karena dipaksa orang tuanya. Sitti Nurbaya rela menikah untuk menyelematkan orang tua nya yang terperangkap tipu daya Datuk Maringgih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun