Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Skala Kerja Buzzer Indonesia

5 Oktober 2019   21:34 Diperbarui: 11 Oktober 2019   22:47 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila kita membaca hasil riset Oxford Internet Institute, OII, tentang fenomena buzzer politik di dunia umumnya dan Indonesia khususnya, maka berkaitan dengan buzzer Indonesia ada satu hal yang mungkin terlewat dikutip media di Indonesia, yaitu skala kerja buzzer Indonesia.

Dalam laporan hasil riset OII berjudul "The Global Information Disorder; 2019 Global Inventory of Organized Social Media Manipulation" disebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang memanipulasi informasi di media sosial untuk mendukung pemerintah yang berkuasa.

Namun meski beberapa riset menunjukan bahwa indeks demokrasi Indonesia menurun dan berpotensi menjadi negara otoriter dibawah Presiden Joko Widodo, Oxford tidak mengkategorikan Indonesia masuk dalam jajaran negara otoriter yang suka memanipulasi informasi di media sosial.

Tetapi di sisi lain, dalam riset yang dikerjakan selama 3 tahun sejak tahun 2017 itu, Indonesia juga tidak masuk dalam jajaran negara yang memanipulasi informasi ke dunia internasional untuk kepentingan negaranya seperti yang dilakukan tujuh negara lain yaitu, Russia, China, Venezuela, Pakistan, India, Arab Saudi, dan Iran.

Oxford menyebutkan kalau buzzer Indonesia yang dikontrak 1-50 Juta itu, hanya bekerja untuk kepentingan domestik mendukung pemerintahan yang berkuasa. Caranya dengan menyerang oposisi dan membuat polarisasi di tengah masyarakat.

Berkaitan kerja-kerja skala internasional buzzer politik, yang diantaranya dilakukan oleh China, hari ini saya membaca artikel menarik tentang Wikipedia di situs BBC.

Dalam artikel berjudul "China and Taiwan clash over Wikipedia edits" disebutkan tentang pertarungan antara China dan Taiwan dalam mengedit Wikipedia.

Pertarungan ini, disebut BBC, sebagai tug war atau seperti pertarungan tarik tambang antara China dan Taiwan.

Terlepas adakah kaitan antara penelitian Oxford dengan artikel ini, tetapi tulisan jni seperti mengkonfirmasi temuan Oxford bahwa China sudah melakukan manipulasi informasi secara global dimana di antaranya dilakukan dalam Wikipedia.

Wikipedia yang disebut sebagai salah satu capaian terbesar dunia digital, disinyalir telah di edit oleh orang China, baik dengan memakai bot atau orang, untuk kepentingan negaranya atau disesuaikan dengan pandangan politik negaranya.

Misalnya adalah ketika menyebut peristiwa Tiananment tahun 1989, sebuah peristiwa dimana ratusan mahasiswa mati dibunuh tentara China karena demonstrasi di Tiananment Square, dalam Bahasa mandarin disebutkan hanya sebagai "Insiden 4 Juni".

Dalai Lama yang dalam versi aslinya adalah "Pengungsi Tibet, Tibetan Refugee" dalam versi Mandarin disebut sebagai "China Exhile" atau orang China yang diasingkan.

Mungkin diantara "War edit" atau perang edit di Wikipedia yang paling ramai adalah mengedit tentang Demonstrasi di Hongkong.

Dalam laman ini, dalam waktu singkat terjadi perubahan perihal profil para demonstran di Hongkong seputar apakah mereka itu "Protester", tukang protes, atau para perusuh "Rioters" sebanyak 65 kali dalam waktu yang sangat singkat.

Sampai saat ini, saya belum menemukan tulisan lain BBC yang mengurai 6 negara lain yang disebut Oxford suka memanipulasi informasi secara global.

Namun yang jelas, buzzer politik kita skala kerjanya domestik tidak bekerja dalam konteks global untuk mempertahankan eksistensi negaranya dalam pandangan dunia internasional seperti China.

Buzzer politik Indonesia bekerja untuk mendukung pemerintah yang sedang berkuasa dengan membohongi warga negaranya sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun