Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Red Dragon", Antara Parent-Centered Family dan Child-Centered Family

28 Juni 2019   10:50 Diperbarui: 28 Juni 2019   11:10 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: universal studio

Berbeda dengan orang tua sekarang yang banyak sekali mencoba bersikap persuasif dan lebih lembut karena mencoba memahami keadaan dalam perspektif anak. Tidak aneh banyak nenek-nenek yang heran dan tidak faham kepada relasi antara anak dan cucunya sekarang ini.

Pertanyaannya, lalu kenapa ada perpindahan relasi dari Parent-Centred Family ke Child-Centered Family?

Nah dalam bayangan pertanyaan seperti itulah kemudian beberapa hari yang lalu saya menonton Red Dragon. Film psychology tahun 2002 ini, dibuat berdasar novelnya Thomas Harris dari judul yang sama. 

Merupakan sekuel film nya Jodie Foster dan Anthony Hopkins yang terkenal di awal tahun 1991 "Silence of The Lamb". Film psychologi terbaik yang pernah saya tonton.

Bila dalam "Silence of The Lamb" ada Hannibal Lecter, maka dalam "Red Dragon" ada Francis Dolarhyde. Keduanya sama-sama Psikopat murni. Perbedaannya, Dolarhyde menganggap Lecter sebagai gurunya. Persamaannya; keduanya menjadi Psikopat karena mempunyai masa lalu yang kelam. 

Will Graham (Edward Norton), agen FBI yang menangkap Dalarhyde, menceritakan kepada istrinya bila dia dalam banyak berempati terhadap Dolarhyde karena masa kecilnya yang suram dan seram. 

Dolarhyde kecil sering disiksa nenek nya dan pengalaman itulah yang menjadi pemicu dia menjadi psikopat. "To understand the original of evil you must go back to the beginning". Begitu tulisan di flyer film ini.  

Lalu apakah karena manusia mengalami pengalaman traumatik dengan pola Parent-Centred Family lalu sekarang berubah menjadi Child-Centered Family?Nah itu saya tidak tahu. Meski mazhab Psikoanalisa Freud yang menjadi pegangan banyak kalangan, menempatkan pengalaman traumatik masa lalu sebagai faktor penentu bentuk kehidupan manusia di masa yang akan datang.

Namun sepertinya, dikemudian hari bila ternyata bila Child-Centered Family hanya menghasilkan anak yang tidak tahu adab dan etika terhadap orang tua atau anak yang gamang hidupnya karena tidak merasa mempunya perlindungan dari orang yang lebih tinggi, bisa jadi kita akan beralih kembali menjadi masyarakat yang Parent-Centered Family. Waallahu'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun