Untuk menggambarkan betapa udik nya orang Arab pada masa ekspansionis, Hitti menggambarkan apa yang terjadi ketika orang Arab menaklukan Mesir dan memasuki negeri Alexandria. Konon pasukan dari Arab kaget melihat bangunan yang tinggi dengan arsitektur nya yang cantik-cantik.Â
Kekagetan orang Arab pada negeri Alexandria, menurut Hitti tidak jauh berbeda dengan orang kampung masa sekarang yang terkejut melihat bangunan tinggi di New York. Setelah penaklukan ini, muncul istilah bahwa penakluk sudah tertawan oleh yang ditaklukan. Karena pasca penaklukan, orang Arab justru belajar banyak hal kepada orang Alexandria yang dianggap lebih maju.
Ujung dari proses belajar itu sendiri sudah diketahui ketika orang Arab Islam itu menguasai dunia. Ketika pelajar Oxford masih menganggap mandi sebagai kebiasaan berbahaya yang mesti dihindari, orang Arab sudah memiliki perpustakaan besar di Kordoba dengan 400.000 jilid buku, mempelajari pemikiran Aristoteles dan gemar mandi di tempat pemandian yang Indah. Sampai sekarang, Turkish Bath adalah sebuah istilah yang menunjukan cara mandi yang benar dan efektif.
Berkaitan dengan Alexandria ini, Hitti membantah tudingan banyak kalangan bahwa pada saat penaklukan itu orang Arab membakar perpustakaan Alexandria yang besar dan megah. Menurut Hitti, yang membakar perpustakaan Alexandria adalah Julius Caesar dari Roma.
Mengenai motif penaklukan, Hitti tidak setuju dengan karikatural yang menggambarkan orang Arab memegang Quran di tangan kanan dan Pedang berlumuran darah di tangan kiri. Sebuah karikatur yang ingin menggambarkan bahwa Islam disebarkan melalui pedang. Menurut Hitti, ketimbang motif penyebaran Agama, motif ekonomi untuk mendapatkan harta rampasan perang adalah pendorong paling kuat orang Arab melakukan penaklukan dunia dibanding motif penyebaran Agama. Bahwa penduduk di wilayah penaklukan banyak yang mengkonversi Agamanya, itu lebih karena faktor privillege mempunyai Agama sama dengan penguasa. Karena ketika Islam berkuasa, tidak ada istilah inkuisisi
Orang Arab sendiri relatif dimudahkan menguasai wilayah baru, karena penyambutan warga. Di samping karena banyak nya pembelot di daerah taklukan, masyarakat di daerah baru merasa lebih nyaman berada dibawah kekuasaan orang Arab. Selain karena lebih dekat secara ras, orang Arab juga memberlakukan pajak rendah ke wilayah baru. Karenanya bahasanya pun sampai sekarang adalah "Penaklukan" bukan "Penguasaan" atau "Penjajahan"
Ada banyak hal yang menarik untuk diceritakan kembali dari buku jni. Saya sendiri belum tuntas membacanya. Apa yang disampaikan diatas baru sekelumit dari 1/4 isi buku yang judul awalnya "A Short History..." Seperti biasa, terinterupsi oleh urusan dapur heuheuheu...