Sudah lama saya mencari dan ingin membaca buku ini. Buku yang aslinya diterbitkan tahun 1960 di London dan edisi Indonesia nya diterbitkan Maret tahun lalu. Ada banyak hal yg bisa diceritakan kembali dari buku klasik tulisan Philip K. Hitti yang sudah jadi rujukan para akademisi dan pembaca umum ini.Â
Hitti adalah cendikiawan kelahiran Lebanon pada 1886 dimana sejak 1913 hingga kematiannya di tahun 1978 menghabiskan hidupnya di hampir semua negara bagian Amerika Serikat. Di Princeton University, Hitti adalah Ketua Jurusan Bahasa-bahasa Timur.
Bila kita kemarin sempat meributkan khasiat air kencing Unta, penulis buku ini yang merupakan Professor Sastra Semit yang sempat mengajar di Columbia, menceritakan bahwa dari dulu orang Arab badui suka meminum air kencing unta karena itu dianggap berkhasiat bagi kesehatan. Minum air kencing unta sudah seperti local wisdom. Terlihat jijik tapi dianggap berguna. Tentunya tidak ada penjelasan medis tentang hal itu di buku ini, karena ini buku sejarah bukan medis.
Hal menarik adalah tentang perintah Shalat berjamaah. Bila menilik dinamika sosial budaya bangsa Arab masa itu, maka menurut Hitti, pada masanya perintah Shalat Berjamaah adalah perintah yang sangat revolusioner. Dikelilingi oleh alam yang sangat keras dan menuntut daya survival yang sangat tinggi, orang Arab pada masa itu adalah orang yang sangat individualistik dan cenderung anti sosial.Â
Perlindungan sosial paling maksimal yang bisa dapatkan dari kehidupan sosial mereka adalah perlindungan kesukuan. Mereka membangun tenda-tenda berkelompok sesuai dengan sukunya. Karenanya dikeluarkan atau diusir dari Suku, adalah kiamat bagi orang Arab.
Perintah Shalat Berjamaah merusak pola kehidupan orang Arab yang individualistik dan kesukuan tersebut. Karena orang sekarang mesti berkumpul bersama dalam satu waktu dengan tidak membedakan asal-usul mereka darimana. Agama baru yang dibawa Nabi Muhammad itu sudah memecah kesukuan dan sifat individualistik orang Arab
Berkaitan dengan hubungan antar umat beragama, Hitti relatif mempunyai pandangan sama dengan pandangan para sarjana Muslim lainnya. Bahwa Islam dan Kristen juga Yahudi pada dasarnya mempunyai ajaran yg relatif berdekatan dibanding Agama yg lain. Saking berdekatannya, di Abad pertengahan orang Eropa memandang penganut ajaran Nabi Muhammad juga sebagai orang Kristen. Tapi Kristen sekte sesat.Â
Karenanya dalam master piece Dante, pujangga dan penyair Italia terbesar yg hidup di penghujung Abad pertengahan, yg paling terkenal : "Divine Comedy" atau Komedi Ketuhanan, Nabi Muhammad ditempatkan di neraka paling bawah bersama-sama dengan mereka yang menyebarkan benih-benih kemelut dan perpecahan. Pembaca novel Dan Brown mesti familiar dengan Dante dan karyanya ini.
Beralih ke masa penaklukan atau ekspansi orang Arab pasca Nabi Muhammad meninggal, menurut Hitti apa yang dilakukan oleh Khalid Bin Walid, Mushab bin Umair maupun Amr bin Ash pada dasarnya setara dengan apa yg dilakukan oleh Alexander The Great atau Napoleon Bonaparte. Disana ada kecerdikan, kejeniusan dari seorang Khalid ketika memimpin penaklukan.
Menurut Hitti ekspansi orang Arab ke Afrika Utara, Asia Tengah, Asia Barat, juga Eropa, pada dasarnya tidak dibarengi oleh senjata perang yang canggih. Perisai perang pasukan Byzantium tetap lebih kuat daripada perisai perang orang Arab. Kelebihan orang Arab terletak pada strategi perang dan motivasinya, bukan pada perangkat perang nya. Formasi barisan pasukan, cara mengendalikan pasukan unta juga pasukan berkuda orang Arab, berbeda dengan kerajaan dunia yang sudah mapan pada saat itu. Teknologi perang orang Arab pada masa itu disebut tidaklah terlalu unggul.