Sedangkan pada bangsa-bangsa Muslim lainnya, yang umumnya menggunakan huruf Arab (meskipun tidak berarti mesti berbahasa Arab), nama Ibn Rusydi tentu saja ditulis dan dieja persis seperti aslinya dalam bahasa Arab.
Namun di dunia non muslim, khususnya di Barat, filsuf kita ini dikenal dengan nama Averroes. Perubahan dan pergantian nama inilah yang dikatakan almahur cukup ilustratif untuk melihat keterkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan filsafat, termasuk di Barat bahkan di dunia pada umumnya.
Nama "Averroes" adalah sebuah metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin dari nama Ibn Rusyd. Rinciannya adalah sebagai berikut;
Penerjemahan karya-karya ilmiah Arab ke bahasa Latin dilakukan sekitar pertengahan abad XII. Dikerjakan di Spanyol dibawah anjuran Raymond, seorang ahli arsip di Kota Toledo. Bila orang mengenal Kota Firenze sebagai pusat gerakan Renaissance Eropa yang mencerahkan dunia, maka banyak orang mengatakan bahwa inspirasinya berasal dari Kota Toledo ini.
Kembali ke masalah penerjemahan karya-karya ilmiah. Penerjamahan karya-karya ilmiah pada abad XII ini, umumnya adalah hasil kerjasama seorang pendeta Kristen Spanyol yang tahu bahasa Latin tetapi tidak paham Bahasa Arab dan seorang Yahudi Spanyol yang paham Bahasa Arab tetapi tidak tahu bahasa Latin.
Dalam tekhnisnya penterjemahan si Yahudi, membaca dengan keras setiap kata-kata atau kalimat Arab dari teks buku yang diterjemahkan. Lalu dia menerangkan arti dari kata-kata Arab tersebut dalam bahasa setempat; bahasa Spanyol. Bahasa Spanyol menjadi penengah antara kedua orang yang sedang melakukan kerjasama penterjemahan tersebut.Â
Kemudian si Pendeta yang mengerti bahasa Latin, pada urutannya menterjemahkan kata-kata itu dalam bahasa Latin. Metamorfose Ibn Rusyd, lebih tepatnya Ibn Roch (menurut transliterasi standar Latin) menjadi Averroes pada mulanya adalah akibat rentetan perubahan parsial yang menyertai cara kerja dan kegiatan penerjemahan itu.
Orang-orang Yahudi ketika membaca kata-kata Arab Ibn (anak dari, dan disini juga berarti keturunan dari), mengucapkannya seperti kata-kata Ibrani (Bahasa Yahudi) yang sama artinya, yaitu Aben. Maka mereka baca nama filusuf kita ini dengan Aben Rochd. Kemudian karena konsosnan "b", dari dahulu sampai sekarang dalam bahasa Spanyol selalu dibuah menjadi "v", maka jadilah Aven Rochd. Lalu melalui asimilasi huruf-huruf konsonan (Arab; idgham), berubah lagi menjadi Averrochd.Â
Namun karena huruf sy (arab; syin) tidak ada dalam bahasa Latin, maka pendeta Kristen yang faham latin menggantinya dengan huruf "s". Maka jadilah Averrosd.
Namun karena rentetan bunyi "s dan "d" itu terasa sulit dalam bahasa Latin, maka huruf "d" dihilangkan dan menjadi sehingga menjadi "Averros". Tapi penyebutan ini juga masih bermasalah. Akan membingungkan dengan "s" posessif. Karenanya disisipkanlah huruf "e" antara "u" dan "s", sehingga menjadi "Averroes", seiring dengan tekanan pada "e" menjadi "Averroes".
Maka demikian pula evolusi perubahan nama-nama para filsuf Islam lainnya yang banyak berpengaruh pada perkembangan pemikiran Barat. Ibn Sina menjadi Avicenna, Ibnu Bajjah menjadi Avenpace, Ibn Zuhr menjadi Avenzoar, Ibn Khaldun menjadi Abenjaldun, Ibn Massarah menjadi Avenmacarra dan Ibn Tufayl menjadi Abentofail.