Ryong pun meski berjualan Roti di dekat sekolah adiknya, dia tidak pernah memperkenalkan diri sebagai kakak kepada teman-teman adiknya apalagi menghadap ke sekolah dan berlaku sebagai wali. Karena itulah permintaan adiknya yang malu dan takut bila anak-anak dan guru-gurunya di sekolah tahu bila Ryong yang dikenal sebagai orang idiot, adalah kakaknya. Meskipun Ryong lah yang diam-diam membiayai sekolah adiknya yang dia dapat dari berjualan roti.Â
Itu semua dilakukan Ryong bertahun-tahun tanpa kenal lelah. Ryong hanya mengingat pesan dari almarhumah Ibunya bila sebagai kakak, dia mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melindungi adiknya.
Lain dari itu, seusai melayani adiknya dan menjual roti, Ryong akan duduk di perbukitan yang ada di daerahnya. Disana dia akan mengenang dan menunggu kedatangan seorang perempuan bernama Ji-Ho (Ha Ji-Won).Â
Dia adalah teman kecil Ryong semasa sekolah dasar yang merantau ke negeri orang untuk belajar piano. Dari kecil, Ji-Ho dikenal sangat berbakat bermain piano. Hanya saja, dia mempunyai masalah kepercayaan diri. Tanpa Ji-Ho sadari, Ryong kecil yang dijauhi Teman-temannya adalah orang yang secara diam-diam mengagumi Ji-Ho dan sudah membantu kepercayaan diri Ji-Ho muncul ketika tampil bermain piano di sekolah dulu.Â
Di akhir cerita, Ryong memang melanggar permintaan adiknya untuk tidak memberitahu guru dan teman-temannya bahwa dia adalah kakaknya. Tetapi itu dilakukan Ryong karena panik ketika mendengar adiknya sakit di sekolah. Ryong tanpa kenal lelah memangku adiknya, yang selama ini malu mempunyai kakak seperti Ryong, dari sekolah ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis. Bahkan ketika adiknya membutuhkan transplantasi organ, tanpa pertimbangan panjang Ryong menyediakan diri menyumbang organ untuk adiknya itu.
Di akhir film juga digambarkan bagaimana Ryong bisa membangkitkan kepercayaan diri Ji-Ho untuk bisa bermain piano dan mengeluarkan bakat musik yang ada dalam dirinya. Ryong memberikan inspirasi bagi Ji-Ho untun menunjukan kapasitasnya bermain musik setelah tertahan masalah kepercayaan diri. Meskipun sudah belajar bermain piano ke luar negeri.Â
Hal menarik adalah ketika dalam film ini digambarkan figur Ryong yang idiot serta orang-orang sekelilingnya seperti adiknya dan Ji-Ho yang pintar dan normal. Menarik dilihat adalah bagaimana melihat cara mereka menjalani hidup.Â
Ryong dengan segala keterbatasan yang dia miliki, menjalani hidup penuh ceria dan tanpa kenal lelah terus berbuat baik terhadap adik dan teman-temannya. Meskipun apa yang dia lakukan itu menjadi bahan olokan atau menimbulkan banyak kesalahfahaman. Lain dari itu, Ryong yang bodoh juga menjadi inspirasi bagi teman dan adiknya yang normal serta memberikan kenangan manis bagi mereka ketika Ryong meninggal.
Menonton Miracle of Giving fool seperti mengingatkan kita tentang bodoh, baik dan guna menjadi pintar. Bila saja menjadi pintar itu hanya menyusahkan diri sendiri dan membawa kehancuran bagi sekitar, maka menjadi bodoh tapi membuat hari-harinya tetap bahagia, bertanggung jawab dan memberikan inspirasi bagi temannya yang pintar, adalah sebuah anugrah.Â
Setelah kita dibombardir dengan film-film barat yang serba rasional, sophisticated dan mengingatkan sisi kognisi kita, maka film dari Korea Selatan ini seperti mengingatkan kita tentang The Virtue of the East, keutamaan dari Timur. Nilai-nilai yang diajarkan dalam masyarakat Asia yang sudah lama diabaikan dan dianggap absurd. Mengingatkan hal seperti penghormatan terhadap orang tua, instuisi seorang Ibu, dan peran orang-orang yang sering kita anggap remeh dalam kesuksesan hidup kita, dengan mengusik sisi afeksi kita
Sederhana, menyentuh dan inspiratif