Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Erdogan, Kekuasaan, dan Islam

27 Juli 2016   08:54 Diperbarui: 27 Juli 2016   14:57 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Recep Tayyip Erdogan. (AP Photo/Emrah Gurel)

Di sebuah kampung, ada ahli agama yang sangat alim dan shaleh. Dia tidak hanya tahu bagaimana membaca Quran dengan benar dan indah, tetapi juga mempunyai pemahaman agama mumpuni. Melebihi pengetahuan seluruh penduduk kampung. Lebih dari itu, dia juga shaleh secara sosial. Bila ada masyarakat yang sakit, dia akan menjenguknya. Bila ada yang kesulitan, dia membantunya, bila ada problem sosial, dia menjadi inisiator untuk menyelesaikannya.

Dia dicintai penduduk kampung sebagaimana dia mencintai penduduk kampung. Tetapi ada hal mengganggu benaknya. Di sudut kampung ada pohon yang menjadi sesembahan penduduk. Tidak sedikit penduduk yang datang ke pohon tersebut untuk memujanya dan mengajukan berbagai permohonan.

Kondisi ini sangat merisaukan orang alim tersebut. Dia berkali-kali mengingatkan penduduk bahwa meminta dan berharap itu hanya pada Allah, bukan pada pohon. Tetapi penduduk kampung tidak mempedulikannya. Sampai akhirnya orang alim tersebut marah. Lalu dia mengambil kapak untuk menebang pohon itu. Menurutnya, itulah cara satu-satunya untuk menghapus kemusyrikan di kampungnya.

Tetapi niatnya menebang pohon diketahui jin penunggu pohon tersebut. Demi mencegahnya, si Jin menghadang. Terjadilah perkelahian antara jin penunggu pohon orang alim itu. Jin yang dikenal sakti mandraguna, kalah. Setelah itu, orang alim tersebut menebang pohon sampai ke akar-akarnya. Sejak itu tidak ada lagi penduduk yang mendatangi tempat tersebut untuk memuji.

Tetapi beberapa waktu kemudian, ada pohon baru yang menjadi sesembahan penduduk. Orang alim itu marah. Lalu dia mengambil kapaknya untuk menghancurkan pohon tersebut. Seperti pada kejadian pertama, jin penunggu pohon tersebut datang menghalangi. Terjadilah perkelahian yang berakhir dengan kekalahan jin dan ditebangnya pohon itu.

Di kemudian hari muncul lagi pohon yang menjadi sesembahan penduduk. Si Alim marah dan mengambil kapaknya kembali. Seperti sebelumnya, jin penunggu datang menghalangi dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kekalahan si Jin. Hanya saja kali ini sebelum si Alim menebang pohon tersebut, si Jin membuat tawaran. Katanya biarlah dia saja yang menebang pohon itu. Si Alim lebih baik kembali pulang sambil membawa hadiah uang dari si Jin. Si Alim setuju. Dia pulang sambil membawa uang pemberian si Jin tanpa menebang pohon itu.

Tetapi waktu berlalu, ternyata pohon itu tidak ditebang oleh si Jin. Si Alim marah, lalu dia mengambil kapaknya dan mendatangi pohon itu. Si Jin seperti biasa menghalanginya dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kekalahan si Jin. Kali ini si Jin pun memohon supaya dia saja yang menebang pohon tersebut dan si Alim pulang ke rumah sambil diberi hadiah uang dua kali lipat dibanding sebelumnya. Maka pulanglah si Alim ke rumah sambil membawa uang yang lebih besar.

Tetapi seperti sebelumnya, pohon itu ternyata tidak ditebang oleh si Jin. Seperti sebelumnya Si Alim kembali membawa kapaknya untuk menebang pohon itu. Lalu terjadilah pertempuran sengit. Hanya saja kali ini si Alim lah yang kalah. Si Alim heran kenapa dia bisa kalah, sementara si Jin tersenyum bisa mengalahkan si Alim. Demi melepaskan kepenasaran si Alim, Jin penunggu tersebut mempersilakan si Alim menebang pohon itu dengan kapaknya. Tidak seperti sebelumnya, si Alim tidak bisa menebang pohon tersebut. Berkali-kali kapak diayun, pohon itu tidak kunjung roboh.

Dengan keheranan, si Alim pun bertanya kepada si Jin, kenapa kemarin dia bisa mengalahkan si Jin sedangkan sekarang dia yang kalah. Kata si Jin, pada dua perkelahian sebelumnya dia datang dengan niat tulus karena Allah. Ingin menghancurkan berhala yang menjadi sembahan penduduk. Tetapi pada kali ketiga ini, si Alim bukan datang karena Allah, tetapi berharap hadiah uang dari si Jin. Karenanya jangankan pertarungan dengan Jin yang sakti, menebang pohon pun dia tidak bisa.

Kira-kira hikayat inilah yang hinggap di kepala saya ketika membaca kiprah Erdogan, baik itu dari media yang mempunyai afiliasi dengan gerakan Islam maupun yang tidak.

Di Turki pertentangan antara kelompok Islam dan kelompok sekuler sangat kuat. Militer sudah mentahbiskan diri sebagai penjaga ideologi sekuler Turki yang digagas Mustafa Kemal Attarturk. Ketika pemerintah mereka anggap terlalu mengakomidasi gerakan Islam, mereka bergerak memberangus untuk mengudeta pemerintahan yang sah. Sejak Republik Turki didirikan pada tahun 1923, sudah ada lima kali kudeta militer, yaitu pada 1960, 1971, 1980, 1997, dan terakhir kemarin 2016.

Pemilu 1995 Partai Refah menang dengan meraih 158 kursi setelah pada pemilu sebelumnya hanya memperoleh 62 kursi. Erbakan sebagai pendiri partai didaulat menjadi perdana menteri. Militer pun khawatir dengan kebangkitan politik Islam. Maka dua tahun berikutnya, 1997, Jendral Ismail Hakki Karadayi mengudeta pemerintah yang ada. Lalu dia ultimatum pemerintah untuk menutup sekolah-sekolah agama, melarang jilbab di kampus, memaksa Erbakan mundur dan membubarkan Partai Refah. Sejumlah tokoh Partai Refah pun dimasukkan ke penjara.

Di antara tokoh Partai Refah yang dimasukkan penjara adalah Recep Tayyip Erdogan yang ketika itu menjabat sebagai walikota Istanbul. Erdogan masuk bui gara-gara membaca puisi yang menjadi legendaris sampai sekarang. Puisi karya penyair dan ideolog Pan-Turkisme Ziya Gokalp yang sekarang bertebaran di medsos. Kata Erdogan, "Masjid adalah barak kami, kubah adalah helm kami, menara adalah bayonet kami dan orang-orang beriman adalah serdadu kami...."

Keluar dari penjara, Erdogan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Pada pemilu 2002, partai ini menang mengejutkan. Meraih 363 kursi parlemen dari 550 kursi. Kemenangan AKP terus berlanjut pada pemilu 2007, 2011, dua kali pemilu 2015 serta pemilu presiden 2014 lalu. Karena selalu menang mutlak, maka AKP tidak kesulitan membentuk pemerintahan.

Erdogan dan AKP-nya berhasil mendongkrak perekonomian Turki. Selanjutnya sebagai partai Islam, tentunya mereka kembali membolehkan rakyatnya menjalankan ajaran Islam. Tidak ada lagi pelarangan jilbab, sekolah-sekolah agama dibangun dan adzan dilantunkan dengan bahasa Arab bukan bahasa Turki.

Bukan hanya ekonomi, bidang politik pun Erdogan menunjukan kecemerlangannya. Bila Erbakan hanya bisa berkuasa setahun sebelum didongkel militer yang gerah melihat gerakan Islam, Erdogan bisa berkuasa sampai 14 tahun. Militer yang selalu menjadi musuh gerakan Islam, bukan hanya berhasil dijinakkan oleh Erdogan, bahkan rencana kudeta mereka pun gagal. Lebih dari itu, Erdogan bisa mengirim jenderal-jenderal ke penjara. Padahal, ideologi Erbakan relatif sama dengan Erdogan. Berasal dari gerakan Islam yang mendapat inspirasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin.

Hanya saja mesti dicatat bahwa Erdogan juga cenderung otoriter. Erdogan tidak hanya memberangus kebebasan pers, dia juga mengeblok media sosial untuk memberangus kritik oposisi. Seperti pada Pemilu 2014 lalu. Erdogan memblokir Youtube dan Twitter. Pemerintahnya juga kerap meminta akun dan konten medsos tertentu dihapuskan. Pada tahun 2015, pemerintah mengajukan 2.929 tuntutan agar pengadilan menghapus tweet dan akun tertentu. Begitu juga pihak Twitter. Banyak menerima permintaan serupa dari pemerintah Turki.  

Begitu juga dalam aspek ekonomi. Erdogan membangun istana kepresidenan seharga 350 juta dollar atau 4,6 T yang menjadi tempat tinggal dirinya. Padahal, tingkat kemiskinan di Turki juga masih tinggi. Istrinya konon pernah mengeblok sebuah mall supaya dia bisa tenang berbelanja fashion.

Bila militer mengudeta lalu Erdogan melawan, itu adalah kewajiban seorang muslim untuk mempertahankan haknya. Meski untuk mempertahankan kekuasaan. Tetapi kalau sudah menangkap ribuan guru, hakim dan tentara tak bersalah, apakah itu disebut mempertahankan kekuasaan atau sedang menggenggam kekuasaan?

Lalu apakah Erdogan yang sangat islami, hafal Quran dan membaca Qurannya sangat merdu bisa menyimpang seperti itu? Ya bisa saja. Karena namanya godaan menyimpangkan kekuasaan, bisa menghinggap pada siapa saja. Apalagi kalau tidak ada koreksi dari sekelilingnya.

Dulu pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, Islam punya panglima perang tanpa tanding bernama Khalid bi Walid. Nabi menjulukinya syaefullah atau pedang Allah. Ketika Khalid masih bersekutu dengan kaum kafir Quraisy, dialah yang menjadi master mind kekalahan pasukan muslim dalam Perang Uhud, perang yang sangat legendaris dalam sejarah Islam.

Ketika Khalid masuk Islam, Nabi menunjuknya sebagai salah satu panglima divisi pasukan kavaleri muslim. Sementara pada masa Umar Bin Khattab khalifah, Umar menunjuknya sebagai panglima tertingginya. Seratus lebih ekspedisi militer yang diperintahkan Umar pada Khalid, semuanya berakhir gemilang. Padahal lawan yang dihadapi tidak tanggung-tanggung, negara super power masa itu, yakni Romawi dan Parsi

Tetapi ketika Khalid sedang dalam puncak prestasi tanpa cela, tiba-tiba Umar memecatnya. Semua orang kaget mendengar berita itu. Ketika Umar ditanya alasannya, Jawab Umar itu karena disayang pada Khalid. Kemenangan Khalid 100% pada setiap peperangan yang dipimpinnya, berpotensi membuatnya menjadi orang sombong dan takabur. Umar khawatir kemenangan-kemenangan itu berakibat buruk pada diri Khalid.

Lalu apa jawab Khalid ketika dipecat Umar? Dengan tenang Khalid mengatakan bahwa dia berperang bukan karena Umar, tetapi karena perintah Allah. Jadi bagi dia dipecat itu hal yang biasa.

Dalam politik modern, apa yang ditunjukan Umar dan Khalid itu merupakan manifestasi dari ucapan Lord Action yang sangat populer itu. Power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely. Ucapan yang lahir berabad-abad setelah Umar dan Khalid meninggal.

Bila umur pemerintahan Umar itu hanya 10 tahun, maka kira-kira kurang dari itulah Khalid menjadi panglima tertinggi. Berapa tahun Erdogan berkuasa? Dia memegang kekuasaan dari tahun 2002 sebagai PM dan akan berkuasa sampai tahun 2019 sebagai presiden. Karenanya kalau memang sayang sama Erdogan yang sangat Islami itu, yang harus dilakukan itu bukan menyanjungnya, tetapi mengingatkannya. Utamanya mengingatkan pada setiap orang yang sedang berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun