Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Erdogan, Kekuasaan, dan Islam

27 Juli 2016   08:54 Diperbarui: 27 Juli 2016   14:57 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Recep Tayyip Erdogan. (AP Photo/Emrah Gurel)

Pemilu 1995 Partai Refah menang dengan meraih 158 kursi setelah pada pemilu sebelumnya hanya memperoleh 62 kursi. Erbakan sebagai pendiri partai didaulat menjadi perdana menteri. Militer pun khawatir dengan kebangkitan politik Islam. Maka dua tahun berikutnya, 1997, Jendral Ismail Hakki Karadayi mengudeta pemerintah yang ada. Lalu dia ultimatum pemerintah untuk menutup sekolah-sekolah agama, melarang jilbab di kampus, memaksa Erbakan mundur dan membubarkan Partai Refah. Sejumlah tokoh Partai Refah pun dimasukkan ke penjara.

Di antara tokoh Partai Refah yang dimasukkan penjara adalah Recep Tayyip Erdogan yang ketika itu menjabat sebagai walikota Istanbul. Erdogan masuk bui gara-gara membaca puisi yang menjadi legendaris sampai sekarang. Puisi karya penyair dan ideolog Pan-Turkisme Ziya Gokalp yang sekarang bertebaran di medsos. Kata Erdogan, "Masjid adalah barak kami, kubah adalah helm kami, menara adalah bayonet kami dan orang-orang beriman adalah serdadu kami...."

Keluar dari penjara, Erdogan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Pada pemilu 2002, partai ini menang mengejutkan. Meraih 363 kursi parlemen dari 550 kursi. Kemenangan AKP terus berlanjut pada pemilu 2007, 2011, dua kali pemilu 2015 serta pemilu presiden 2014 lalu. Karena selalu menang mutlak, maka AKP tidak kesulitan membentuk pemerintahan.

Erdogan dan AKP-nya berhasil mendongkrak perekonomian Turki. Selanjutnya sebagai partai Islam, tentunya mereka kembali membolehkan rakyatnya menjalankan ajaran Islam. Tidak ada lagi pelarangan jilbab, sekolah-sekolah agama dibangun dan adzan dilantunkan dengan bahasa Arab bukan bahasa Turki.

Bukan hanya ekonomi, bidang politik pun Erdogan menunjukan kecemerlangannya. Bila Erbakan hanya bisa berkuasa setahun sebelum didongkel militer yang gerah melihat gerakan Islam, Erdogan bisa berkuasa sampai 14 tahun. Militer yang selalu menjadi musuh gerakan Islam, bukan hanya berhasil dijinakkan oleh Erdogan, bahkan rencana kudeta mereka pun gagal. Lebih dari itu, Erdogan bisa mengirim jenderal-jenderal ke penjara. Padahal, ideologi Erbakan relatif sama dengan Erdogan. Berasal dari gerakan Islam yang mendapat inspirasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin.

Hanya saja mesti dicatat bahwa Erdogan juga cenderung otoriter. Erdogan tidak hanya memberangus kebebasan pers, dia juga mengeblok media sosial untuk memberangus kritik oposisi. Seperti pada Pemilu 2014 lalu. Erdogan memblokir Youtube dan Twitter. Pemerintahnya juga kerap meminta akun dan konten medsos tertentu dihapuskan. Pada tahun 2015, pemerintah mengajukan 2.929 tuntutan agar pengadilan menghapus tweet dan akun tertentu. Begitu juga pihak Twitter. Banyak menerima permintaan serupa dari pemerintah Turki.  

Begitu juga dalam aspek ekonomi. Erdogan membangun istana kepresidenan seharga 350 juta dollar atau 4,6 T yang menjadi tempat tinggal dirinya. Padahal, tingkat kemiskinan di Turki juga masih tinggi. Istrinya konon pernah mengeblok sebuah mall supaya dia bisa tenang berbelanja fashion.

Bila militer mengudeta lalu Erdogan melawan, itu adalah kewajiban seorang muslim untuk mempertahankan haknya. Meski untuk mempertahankan kekuasaan. Tetapi kalau sudah menangkap ribuan guru, hakim dan tentara tak bersalah, apakah itu disebut mempertahankan kekuasaan atau sedang menggenggam kekuasaan?

Lalu apakah Erdogan yang sangat islami, hafal Quran dan membaca Qurannya sangat merdu bisa menyimpang seperti itu? Ya bisa saja. Karena namanya godaan menyimpangkan kekuasaan, bisa menghinggap pada siapa saja. Apalagi kalau tidak ada koreksi dari sekelilingnya.

Dulu pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, Islam punya panglima perang tanpa tanding bernama Khalid bi Walid. Nabi menjulukinya syaefullah atau pedang Allah. Ketika Khalid masih bersekutu dengan kaum kafir Quraisy, dialah yang menjadi master mind kekalahan pasukan muslim dalam Perang Uhud, perang yang sangat legendaris dalam sejarah Islam.

Ketika Khalid masuk Islam, Nabi menunjuknya sebagai salah satu panglima divisi pasukan kavaleri muslim. Sementara pada masa Umar Bin Khattab khalifah, Umar menunjuknya sebagai panglima tertingginya. Seratus lebih ekspedisi militer yang diperintahkan Umar pada Khalid, semuanya berakhir gemilang. Padahal lawan yang dihadapi tidak tanggung-tanggung, negara super power masa itu, yakni Romawi dan Parsi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun