Mohon tunggu...
Deliana Donata
Deliana Donata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Student at the Law Faculty of Atma Jaya Catholic University Indonesia

Traveling, Reading

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kehidupan Anak-Anak Panti Asuhan Tanjung Barat, Jakarta Selatan

1 Februari 2024   16:44 Diperbarui: 2 Februari 2024   11:22 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak di panti asuhan umumnya berasal dari 3 kategori yaitu :

  • Anak yatim piatu
  • Anak broken home
  • Anak di bawah garis kemiskinan.

Pihak panti asuhan sangat selektif memilih untuk menjadi anak asuh mereka, dengan alasan supaya tepat sasaran. Karena ada beberapa kasus yang orangtua sebenarnya mampu secara ekonomi, namun mereka melimpahkan tanggung jawab pendidikan anaknya ke panti asuhan. Kejadian ini menjadi pelajaran sehingga harus benar teliti kelapangan apakah kondisi anak sesuai dengan yg digambarkan oleh gereja. Yang menjadi prioritas adalah dari daerah yang rawan pelecehan seksual, pernikahan dini, dan trafficking human dan kebanyakan dari daerah Jawa Barat. Dalam proses seleksi ini, gereja sangat berperan, namun panti asuhan yang menentukan siapa yang cocok untuk menjadi anak asuh mereka.

Implementasi nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab di Panti Asuhan Asal Tanjung Barat-Jakarta Selatan.

Bentuk perwujudan  pengamalan sila kedua dari Pancasila adalah :

  • Dukungan moril dan materil dari berbagai lembaga sosial, maupun individu sangat membantu kelangsungan hidup panti asuhan. Hal ini merupakan bukti nyata dari implementasi dari sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Masih banyak orang yang peduli terhadap kehidupan anak di panti asuhan dengan bentuk kegiatan berbagi dan melibatkan panti asuhan dalam berbagai kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan. 
  • Mengakui dan memperlakukan anak-anak panti asuhan sebagai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya dan menghargai keberadaan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Panti asuhan memberikan peranan yg sangat besar dalam menyadarkan bahwa mereka adalah manusia yang sangat berharga yang memiliki harkat dan martabat.
  • Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Setiap anak-anak di dalam panti  memiliki derajat yang sama dan persamaan hak baik didalam panti maupun diluar panti. Anak-anak panti mendapatkan pendidikan yang layak sama seperti anak-anak Indonesia lainnya. Anak panti bebas menentukan arah hidupnya, terbukti dengan anak-anak diizinkan menentukan hidup setelah selesai menempuh Sekolah Menengah /Kejuruan Atas. Sebahagian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan sebagian kembali ke masyarakat (orangtua). Panti asuhan memfasilitasi dengan pencarian beasiswa tehadap anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan. Anak-anak panti asuhan mendapatkan perlindungan, memiliki agama,  dan antara sesama manusia membantu orang lain yang sedang dalam kesusahan dan saling memberikan pertolongan kepada orang sekitar yang membutuhkan dengan hati yang ikhlas lewat kegiatan-kegiatan berbagi kasih.
  • Saling mencintai sesama manusia. Dalam kehidupan panti mereka sudah terbiasa menganggap dan memperlakukan orang lain yang bukan sedarah dengan mereka adalah saudara mereka. Mereka terlihat sangat akrab dan saling membantu satu dengan yang lain dalam aktivitas mereka. Walau terkadang ada konflik yang terjadi sama anak-anak dan kembali mereka menyadari bahwa mereka adalah keluarga.
  • Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain.  Meskipun kondisi panti yang terdiri dari berbagai latar belakang keluarga, suku dan kebiasaan namun mereka bisa saling menerima keberadaan sesama anak panti dengan baik. Mereka hidup rukun dan tidak saling menyakiti. Dengan karakter dasar yang terbentuk di dalam panti membuat mereka mampu berlaku baik dilingkungan sekolah dengan berbagai macam karakter, latar belakang. Terbukti jarang sekali ada pengaduan dari sekolah yang menyatakan kenakalan atau tindakan tidak baik dari anak-anak didik dari panti.
  • Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan melakukan kegiatan kemanusiaan. Anak-anak panti asuhan dengan latar belakang ketidakmampuan ekonomi, kemiskinan tidak menjadikan mereka menjadi menarik diri dari lingkungan. Namun mereka sering melakukan kegiatan berbagi dengan lingkungan. Contoh paling nyata adalah ketika ada orang yang datang berbagi kasih dengan mereka membawa sejumlah makanan maka mereka akan berbagi dengan lingkungan sekitar mereka. Mereka juga sering melakukan kegiatan gotong royong untuk kebersihan di lingkungan mereka.

Faktor Pendukung dan Penghambat Nilai dari Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab di Panti Asuhan Tanjung Barat-Jakarta Selatan: 

  • Faktor Penghambat :
  • Untuk biaya operasional, Panti Asuhan Tanjung Barat mengandalkan bantuan dari masyarakat/gereja/kelompok sosial
  • Panti tidak memiliki donatur tetap, sehingga dalam mengelola dana untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anak di panti kadang kala mengalami kesulitan, sehingga masih menggantungkan kebutuhan ke gereja.
  • Terjadinya penumpukan barang konsumsi/Pakaian, menimbulkan masalah dalam tempat penyimpanan barang sementara ruangan terbatas.
  • Kondisi masa berlaku (expired) barang konsumsi sehingga pihak panti harus mendistribusikan kembali barang konsumsi tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan.
  • Penumpukan buku-buku pelajaran yang tidak sesuai dengan usia anak, sehingga harus disortir lagi buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan anak.
  • Faktor Pendukung :
  • Gereja adalah menjadi pendukung utama baik secara materi dan moril.
  • Kondisi anak-anak yang tidak menimbulkan masalah sehingga mempermudah untuk pola pengasuhan. Terbukti dari 32 anak, mereka hanya memiliki ibu pengasuh hanya 3 orang.
  • Kondisi lokasi yang strategis dimana terdapat banyak lingkungan sekolah sekitar panti, sehingga mempermudah anak-anak panti untuk mendapatkan pendidikan tanpa harus terbebani dengan biaya transportasi.
  • Tingkat kesadaran, kepedulian masyarakan baik secara kelompok maupun individu untuk berbagi dengan kelompok orang yang kurang beruntung semakin meningkat.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :

  • Situasi dan kondisi Panti Asuhan Tanjung Barat-Jakarta Selatan dalam kondisi kondusif, anak-anak terlihat sehat dan bahagia. Keseluruhan dari hasil wawancara kebutuhan dasar, dan kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi dengan baik.
  • Secara financial masih bisa dikelola dengan baik, karena gereja sangat berupayadan  berperan membantu kelangsungan Panti Asuhan secara financial. Meskipun ada masa-masa sulit karena donatur tidak tetap.
  • Anak-anak Panti Asuhan Tanjung Barat diterima dengan baik oleh lingkungan sekitar baik dilingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
  • Pengasuh, penanggungjawab panti sangat bertanggungjawab terhadap kondisi anak-anak baik secara mental dan materi
  • Implementasi Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab sangat baik, terbukti dengan kebutuhan pokok anak-anak dan kebutuhan pendidikan terpenuhi dengan baik.

Saran :

  • Menambah jumlah pengasuh yang sekarang ini hanya berjumlah 3 orang untuk 32 orang anak asuh, supaya anak-anak asuh lebih intim dengan orgtua asuh mereka. Karena Pengasuh adalah pengganti orangtua mereka.
  • Meningkatkan jumlah donatur diluar gereja, dan mencari donatur tetap supaya bisa menjaga stabilitas keuangan di panti asuhan.
  • Memberikan kursus/pelatihan terhadap pengasuh supaya mampu memberikan pendidikan karakter terhadap anak sejak dini.
  • Memberikan bantuan berupa dana/uang lebih tepat sasaran dibandingkan pemberian sembako atau barang-barang natura untuk menghindari penumpukan barang-barang yang tidak dibutuhkan oleh panti.
  • Pihak pemerintah seharusnya memberikan perhatian dan peranan terhadap anak-anak di Panti asuhan melalui penyaluran dana sosial secara rutin, baik terhadap panti asuhan Tanjung Barat, maupun panti-panti lainnya yang ada di Indonesia.

Sumber :
1. A Wawan. Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Prilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika, 2010
2. Dewi. Pengetahuan Prilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika, 2001
3. Nurgiansah, T. H., & Al Muchtar, S. (2018). Development of Student Awareness through Student Learning Model Jurisprudential in  Citizenship Education. ATLANTIS PRESS, 251(Acec), 670--674. https://doi.org/10.2991/acec-18.2018.150
4. Rianto Hadi, SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial, Vol. 3, No. 1, Juni 2016
5. Rianto, A. (2006). Pengamalan/Aplikasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Aspek Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Yustisia. Vol 9 (6), 1-6

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun