Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan masalah kegemukan pada remaja. Buah dan sayur kaya serat, yang penting untuk mengikat kolesterol dari makanan cepat saji seperti pizza, hamburger, atau fried chicken, sehingga mencegahnya mengalir dalam pembuluh darah. Remaja yang mengalami kegemukan perlu lebih banyak mengonsumsi makanan berserat, terutama dari sayuran. Mengontrol berat badan dapat dipermudah dengan asupan serat yang memadai, sebab serat tidak memberikan kontribusi energi yang berlebihan.Â
Menurut data Riskesdas tahun 2013, sekitar 93,5% penduduk Indonesia di atas 10 tahun masih tidak memenuhi anjuran konsumsi setidaknya 5 porsi sayur dan buah per hari. Angka ini naik menjadi 95,5% pada tahun 2018 untuk kelompok berusia 5 tahun ke atas. Fakta ini memperlihatkan bahwasanya masih terdapat cukup banyak masyarakat yang kurang mengonsumsi jumlah yang memadai dari buah dan sayur, padahal keduanya memiliki kandungan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
Studi lintas-seksi ini bertujuan untuk menentukan karakteristik yang terkait dengan asupan harian buah dan sayur pada 402 remaja di Tabriz, Iran. Melibatkan survei komprehensif yang diselenggarakan sendiri untuk mengevaluasi atribut demografi, dukungan keluarga yang dirasakan, dan tingkat kepercayaan diri. Kuesioner frekuensi makanan digunakan yang dapat diandalkan untuk menilai jumlah sayur dan buah yang dikonsumsi setiap harinya. Studi ini menemukan bahwa hanya sepertiga dari remaja memenuhi konsumsi buah dan sayuran yang optimal.
Penelitian menyoroti pentingnya konsumsi buah dan sayuran dalam pola makan yang sehat bagi kesehatan remaja. Hasil menunjukkan bahwa faktor seperti dukungan keluarga, jenis kelamin, dan konsumsi makanan tinggi lemak berhubungan dengan rendahnya konsumsi buah dan sayuran. Remaja perempuan menunjukkan tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki, dan pentingnya dukungan emosional dari keluarga secara signifikan memengaruhi perkembangan kebiasaan makan yang sehat.
Berdasarkan penelitian ini, hanya 33% remaja yang mengikuti anjuran untuk mengonsumsi buah dan sayur setiap hari. Penemuan ini juga mengungkapkan disparitas pada konsumsi sayur dan buah antara remaja laki-laki dan perempuan, dengan remaja perempuan berkecenderungan mempunyai tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Rendahnya asupan buah dan sayur ternyata terkait dengan beberapa faktor, seperti jenis kelamin, konsumsi makanan tinggi lemak, bantuan praktis dari keluarga, dan dukungan emosional.Â
Remaja perempuan yang tidak mendapatkan dukungan praktis dan remaja laki-laki yang tidak mendapatkan dukungan emosional cenderung mengonsumsi sayur dan buah dalam jumlah yang lebih sedikit. Penelitian ini menggarisbawahi peranan krusial keluarga pada pembentukan pola makan remaja. Kehadiran dukungan keluarga, khususnya dalam bentuk bantuan praktis dan emosional, diakui menjadi elemen penentu dalam mencapai peningkatan asupan sayur dan buah harian remaja. Temuan ini menegaskan diperlukannya implementasi inisiatif pendidikan kesehatan yang menghadirkan keterlibatan keluarga dalam rangka mencapai peningkatan kebiasaan makan remaja.
Studi lintas-seksi ini mengungkapkan bahwasanya baik remaja perempuan ataupun laki-laki tidak mencapai asupan harian buah dan sayur yang disarankan. Temuan ini menegaskan pentingnya melibatkan dukungan keluarga pada program kesehatan dan pendidikan dalam rangka mencapai peningkatan konsumsi buah dan sayur pada kalangan remaja.Â
Konsumsi makanan tinggi lemak, dukungan keluarga, dan jenis kelamin terbukti memiliki peran untuk membentuk kebiasaan makan remaja. Oleh karena itu, penekanan pada penelitian lebih lanjut dan implementasi intervensi kesehatan yang ditargetkan secara khusus pada populasi remaja sangatlah penting.
Pekerjaan ibu dapat mengubah atau mengintervensi dukungan praktis mereka seperti menyiapkan makanan/buah dan sayur sehat, ketersediaan rumah, pengawasan orang tua, dan teladan positif. Anak perempuan dengan efikasi diri rendah dianggap sebagai kelompok berisiko tinggi mengalami kekurangan porsi konsumsi buah dan sayur setiap harinya.Â
Dukungan orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur remaja serta perilaku sehat lainnya. Karena penelitian ini dirancang untuk melakukan program intervensi, temuan singkat ini menyajikan langkah awal untuk mewujudkan hubungan antara dukungan ibu khusus terhadap terbatasnya asupan buah dan sayur partisipan.
Asupan makanan, buah dan sayur diantaranya 7thremaja kelas bukanlah masalah psikopat melainkan masalah sosial. Faktanya, ketika data dianalisis secara terpisah, rendahnya dukungan emosional yang dirasakan untuk anak laki-laki dan rendahnya dukungan praktis untuk anak perempuan ditemukan sebagai faktor yang signifikan dalam memprediksi rendahnya konsumsi buah dan sayuran. Sejumlah penelitian menunjukkan hasil serupa . Asosiasi positif ini menunjukkan bahwa remaja yang merasakan dorongan apa pun dari ibu mungkin adalah remaja yang mengonsumsi lebih dari 3 porsi buah dan sayur.
Ketika membandingkan rata-rata konsumsi harian buah dan sayur antara anak laki-laki dan perempuan, terlihat bahwa anak perempuan memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi setiap hari. Meskipun demikian, anak perempuan juga menunjukkan asupan makanan tinggi lemak harian yang lebih besar daripada anak laki-laki.Â
Sejalan dengan temuan penelitian lain, anak laki-laki, khususnya dalam kelompok usia lebih tua, diidentifikasi sebagai kelompok rentan yang tidak mematuhi pedoman harian yang direkomendasikan untuk melakukan konsumsi sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup.Â
Perbedaan konsumsi sesuai gender mungkin mencerminkan fakta bahwasanya anak laki-laki memiliki otonomi yang lebih besar dibandingkan anak perempuan dalam memilih makanan, makan jauh dari rumah, namun otonomi pada masa remaja diakui sebagai faktor risiko melekatnya makanan tidak sehat . Sebaliknya, beberapa penelitian menunjukkan bahwasanya remaja perempuan mempunyai kebiasaan makan yang lebih buruk daripada remaja laki-laki .
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pelajar laki-laki berisiko lebih tinggi untuk mengonsumsi lebih sedikit buah dan sayur. Namun, baik siswa perempuan maupun laki-laki tidak memenuhi rekomendasi porsi buah dan sayur harian . Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwasanya persepsi dukungan emosional pada remaja laki-laki dan persepsi dukungan keluarga praktis pada remaja perempuan sangat mempengaruhi pola makan sehat mereka.
Ketidakcukupan asupan buah dan sayur, yang merupakan sumber mineral, vitamin, dan serat, dapat berkontribusi pada risiko obesitas dan perkembangan penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker usus besar, hipertensi, dan stroke. Konsumsi yang memadai dari sayur dan buah mencerminkan pola makan sehat yang memberikan nutrisi seimbang. Serat memiliki peran penting dalam menangani penyerapan kolesterol dari makanan cepat saji seperti ayam goreng, hamburger, atau pizza, sehingga mencegahnya beredar dalam aliran darah.Â
Remaja yang mengalami obesitas perlu meningkatkan konsumsi makanan kaya serat, terutama dari sayuran. Kurangnya asupan serat pada remaja dapat mengakibatkan peningkatan rasa lapar karena berkurangnya penyerapan kolesterol dan hilangnya efek kenyang yang biasanya diberikan oleh serat, sehingga menyebabkan terjadinya rasa lapar lebih cepat. Selain itu, peran penting remaja putri sebagai calon ibu di masa depan menekankan perlunya mengawasi kebiasaan konsumsi anggota keluarga untuk memastikan pola makan yang sehat dan bergizi.
Masa remaja membutuhkan pertimbangan nutrisi yang hati-hati karena merupakan fase transisi antara masa kanak-kanak dan kedewasaan, melibatkan aspek fisik, mental, dan sosial. Remaja, terutama remaja putri, seringkali mengalami kesulitan, seperti masalah malnutrisi dan perilaku makan yang tidak tepat, selama periode ini.Â
Penting bagi mereka untuk mengikuti pola makan yang sesuai dan seimbang dengan angka kecukupan gizi yang telah ditetapkan. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja sangat bergantung pada pilihan makanan yang mereka buat. Mengonsumsi jumlah makanan yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan individu akan memberikan nutrisi yang diperlukan untuk mendukung peningkatan aktivitas fisik mereka.
Penelitian ini juga mencatat temuan yang sejalan dengan penelitian lain yang dilaksanakan oleh Suryani dkk, yang menunjukkan keterkaitan antara asupan buah dan sayur dengan kondisi gizi anak sekolah. Buah dan sayur masuk dalam kategori pangan dalam klasifikasi FAO yang disebut sebagai Pola Makan yang Diinginkan. Kategori makanan ini dianggap sebagai sumber penting vitamin dan mineral esensial. Oleh karena itu, kekurangan asupan bahan makanan ini mungkin berdampak buruk pada kesejahteraan gizi seseorang, dan hal ini khususnya dapat terjadi pada anak-anak dan remaja di masyarakat yang mengalami kekurangan gizi, seperti yang dapat diindikasikan oleh kejadian stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H