Biasanya Haters juga tidak jauh-jauh dari rasa iri. Keberadaan-nya juga cenderung disadari oleh yang dibenci. Cuman, karena dijaman pendewasaan demokrasi seperti ini, yang terlihat tabah dan sabar bisa mencuri kemenangan tanpa berperang dengan para haters.
Resepnya sebenarnya banyak disajikan dalam bentuk-bentuk kata mutiara. Contohnya, “someone who hates you normally hates you for one of three reasons. They either see you as a threat. They hate themselves. Or, they want to be you.” Selain itu ada juga yang bilang begini “when people hate on you, it’s because you’ve got something they want.”
Macam-macam memang bentuknya. Tapi jika haters adalah makhluk yang secara alamiah akan lahir saat seseorang meraih sebuah pencapaian sukses, maka negeri kita benar-benar dalam kondisi berbahaya. Saya yakin haters tidak memperkuat orang yang dibenci, melainkan memperluas pengaruh kebencian. Jadi bersiap-siap-lah kalian calon pemegang keberhasilan. Karena yang sudah pasti akan muncul adalah haters. Tapi kalau kalian bisa bertahan, itu akan menjadi perih yang menyakitkan bagi mereka.
Pesan
Setiap orang akan dihadapkan pada panggung-panggung pencapaian keberhasilan masing-masing. Pertanyaan-nya adalah siapa yang ingin naik panggung? Siapa yang malu-malu? Siapa yang tidak tahu caranya naik panggung? Sampai siapa tidak mau naik panggung? Ditentukan oleh masing-masing individu. Permasalahan terjadi saat seseorang sudah naik panggung, tapi dia tidak. Malah ia ngamuk-ngamuk menggerutu, “kenapa kamu yang naik, kan aku yang lebih pantas, bla-bla-bla..”.
So, if you have moment to show who you are, just show it. Or, others will do. And you may also become a hater.