Titi sendiri dibuat dengan menggunakan bahan arang yang bisa menyatu dengan kulit dan alat kayu yang dikait dengan peniti, kemudian air arang ditepuk-tepuk ke bagian yang akan diberi titi atau tato (Rohmah & Hamdiah, 2022).
Setiap garis, setiap lengkungan, memiliki cerita tersendiri. Mereka menggambarkan pohon-pohon raksasa yang menaungi hutan, binatang-binatang yang menjelajahi tanah liat dan keseimbangan yang terus terjaga antara manusia dan alam.Â
Tato-tato ini adalah cerminan dari filsafat kehidupan suku Mentawai, yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
Bagi anggota suku Mentawai, tato adalah jendela ke dalam sejarah leluhur mereka. Setiap motif memiliki arti mendalam yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Â
Mereka adalah saksi bisu dari warisan pengetahuan yang telah ada selama berabad-abad. Mereka percaya bahwa setelah mereka meninggal, tato tersebut akan menjadi simbol identitas yang memungkinkan anggota suku dan leluhur mereka saling mengenali (Mulia, 2021).
Namun, tato Mentawai adalah lebih dari sekadar simbolik. Mereka juga adalah penanda status dalam masyarakat ini. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, seseorang akan mendapatkan tato tambahan yang mencerminkan tahap kehidupan yang telah dijalani. Tato yang digunakan pada masyarakat suku Mentawai biasanya berbeda pada setiap individu (Rumbiati & Putra, 2015).Â
Dengan bangga, setiap tato menceritakan perjalanan hidup individu, sekaligus menjadi penghargaan terhadap peran yang telah dimainkan dalam masyarakat.
Mengunjungi suku Mentawai adalah memasuki dunia yang membius. Di tengah keheningan hutan, terdengarlah suara lembut aliran sungai dan nyanyian burung-burung hutan.Â
Di sini, di bawah rimbunan pepohonan tua, para ahli tato bekerja dengan penuh dedikasi, menciptakan karya seni hidup yang melintasi generasi. Mereka adalah pelayan budaya, pelindung warisan dan penjaga keseimbangan alam.
Dalam pembuatan tato Mentawai, kita menemukan sebuah kisah tentang ketekunan, pengabdian dan keindahan yang melampaui batas fisik. Tato-tato ini adalah manifestasi dari kebanggaan akan warisan yang mereka anut.Â
Mereka adalah jendela menuju kearifan lokal yang semakin langka di era globalisasi ini. Mereka adalah jejak tak terhapuskan dari sebuah peradaban yang terus berkembang, meskipun menghadapi arus perubahan yang terus bergulir.