Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... Penulis - Imajinasi dan Logika

Akun Kompasiana Pertama yg saya lupa password-nya dan Terverifikasi : http://www.kompasiana.com/sn web: www.sarinovita.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ulasan Novel Bertajuk "Orang-Orang Gila"

11 Maret 2018   13:10 Diperbarui: 11 Maret 2018   13:14 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berhasil lepas dari Tante Lisa. Astrid tak lagi menjadi pelacur, berkat pengorbanan cinta seorang pelukis yang hobi membaca buku. Pelukis yang rela menyerahkan dirinya diikat oleh Tante Lisa agar Astrid bisa lepas dari kehidupannya yang gelap. Cinta memang membuat orang jadi gila, tapi pengorbanan tidak pernah sia-sia, tidak seperti judul  lukisannya: "Kesia-siaan Cinta". Jika tidak gila, tidak mungkin si pelukis berani mengorbankan sesuatu yang belum tentu orang lain mau melakukannya. Sebab, keberanian hanya dimiliki oleh orang-orang gila.Akhirnya, takdir menemukan Marno dan Astrid di permakaman yang tak lagi dirawat. Mereka berjumpa setelah lelah berjalan dari arah yang tak beraturan. Saling jatuh cinta dan berdua memiliki hidup. Tapi, pengulangan-pengulangan peristiwa datang kembali secara kejam. Seolah pengulangan itu doyan bermain bersama mereka.

Setelah Membaca "Orang-orang Gila"

 Marno mengatakan kepada Astrid bahwa mereka tidak perlu negara untuk hidup. Mereka juga berpendapat bahwa sekolah memang penting tapi membaca itu lebih penting. Senyum saya merekah setelah membaca paragraf  tersebut.Membaca melahirkan kepintaran tapi belum tentu kecerdasan. Perjalanan Marno membuktikan hal tersebut. Menyebabkan dirinya harus masuk rumah sakit jiwa, juga penjara. Episode milik Marno membawa pemikiran lebih jauh.  Rumah sakit jiwa dan penjara, termasuk para penghuni dan tingkahnya, dideskripsikan secara baik dan hidup oleh penulis. Han Gagas tidak hanya mewawancarai orang-orang yang pernah dan masih terlibat, dia juga langsung terjun, masuk ke dalam rumah sakit jiwa dan penjara. 

Riset yang dilakukannya, membuat saya benar-benar berada di tempat tersebut dan tak ingin berhenti mengikuti alurnya.Siapa yang gila, mereka atau zaman, atau garis hidup? Saya mengulang kembali kalimat dan menambahkan satu kata pada pertanyaan ini. Sebab, saya menyukainya dan ada kosakata suwung di halaman 23, begini bunyinya:

"Demikian juga bila masih sedih, masih merasakan suka, senang, dan gembira, artinya dia masih bisa terwaraskan, tetapi bila sudah merasakan semua hal itu, jadi dingin, beku, dan kosong, itu mulai suwung, gila sepenuhnya." 

Secara personal, kalimat tersebut mempunyai arti mendalam, entah pembaca lain. Intrepretasi orang memang berbeda-beda: ada yang menganggap kalimat itu biasa-biasa saja, ada yang merasa tidak ada sangkut-pautnya dengan zaman, dan mungkin sekali, ada yang mendambakannya.

Zaman memang sudah edan, tidak sedikit orang-orang berupaya ataupun tanpa sadar, menjadi gila. Suatu bentuk kegilaan yang serempak, yang tidak saya pahami konstruksinya. Berbeda dengan  Marno, malah berpikir ke depan dan lebih terang.

 "Di makam kita bisa mengingat mati, dan ingat mati bisa memulihkan kesadaran, sekaligus memunculkan tanya; neraka atau surga, manusia baik atau jahat, sembahyang atau tidak?" -- dikutip dari halaman 219.

 Pada akhirnya, mengingat kematian dengan berbuat baik dan waras saja tidak cukup. Walaupun,  Marno dan Astrid sudah berusaha "tidak waras", tetap saja pengulangan perkara terjadi. Garis hidup yang menyakitkan. Jika  kembali membaca lembar ketiga buku, tertera: "Untuk para bajingan yang punya rasa bersalah dan keinginan untuk memperbaiki diri."Maka, saya bertanya, berapa banyak karma yang harus dibayar lunas? Bukan bajingan pun mendapatkan goresan hidup yang bikin sinting. 

Marno dan Astrid memiliki rangkuman kisah yang tak sama. Dari keduanya, bagi saya, perjalanan Marno sangat mengesankan. Ia memiliki kesintingan yang mengkhawatirkan, tapi bisa memancing tingkat "kecerdasan" kita. Pembaca akan merasakan alam dan semesta yang berkonspirasi memberikan kebahagiaan, sekaligus fragmen yang menghancurkan Marno.

Sedangkan Astrid adalah manusia paling sial dan Tuhan memberikannya kebahagiaan sunyi yang indah. Saya ramal, kehidupan Astrid bakal mengaduk-aduk perasaan pembaca wanita. Namun, cerita novel "Orang-orang Gila" tidak berhenti di garis kebahagiaan, seperti hidup yang terus berjalan, kesialan maupun keberuntungan akan terus datang, ibarat sepasang kekasih yang tak terpisahkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun