Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... Penulis - Imajinasi dan Logika

Akun Kompasiana Pertama yg saya lupa password-nya dan Terverifikasi : http://www.kompasiana.com/sn web: www.sarinovita.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Temukan Pengalaman Baru di Jakarta Biennale 2015

11 November 2015   21:21 Diperbarui: 12 November 2015   04:02 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Idrus Bin Harun, Seniman Asal Aceh"][/caption]

Jakarta Biennale akan mengelar acara pameran seni bertajuk “Maju Kena Mundur Kena: Bertindak Sekarang” di pertengahan November 2015.  Acara ini diadakan setiap 2 tahun sekali mengikuti arti Biennale (acara  2 tahunan) dan berasal dari bahasa Itali. Kosakata “Biennale” sendiri dipakai kali pertama di Venice tahun 1970-an. Kemudian diikuti oleh negara-negara lain termasuk Indonesia. Bahkan tidak hanya Jakarta Biennale, tapi muncul pula Makassar Biennale, Bali Biennale dan Jogja Biennale. Jakarta Biennale telah ada di Indonesia di tahun 1974 yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Di tahun 2014, Jakarta Biennale berdiri sendiri dan menjadi Yayasan Jakarta Biennale.

 

Perhelatan berskala internasional Jakarta Biennale  dibuka pada tanggal 14 November 2015  di Gedung Sarinah, mengangkat 3 isu yang masih muncul di masyarakat kota dan kampung. Kemudian akan terus berlanjut mulai dari tanggal 15 November sampai 17 Januari 2016. Ketiga isu yang terdiri dari: sejarah, permasalahan air, dan gender, dapat dilihat dari karya-karya dan penampilan pertunjukan seni yang digelar dengan ‘membangunkan’ Gedung Sarinah pada 2 blok gedung yang masing-masing luasnya 3000m2.

[caption caption="Space Tisna Sanjaya - 5 hari menuju Jakarta Biennale 2015"]

[/caption]

Selain street art dengan mural-nya yang meramaikan tembok-tembok luar gudang, hadir juga karya fotografi, musik, video, street visual, proyek seni rupa, free street market, seni untuk keluarga, bincang seniman, tur Biennale, akademi, dan simposium. Dan pada pembukaan tanggal 14 November 2015, pukul 04.00 sore, performans para seniman bakal membawa para pengunjung ke dimensi berbeda. Performans seni ini tidak muncul setiap hari. Karena seperti seniman Jonas Sestakresna yang memboyong  10 orang timnya (media visual, tari, musik elektrik dan musik etnik) langsung dari Bali hanya muncul pada acara pembukaan saja.

Karya Jonas Sestakresna, Peter Robinson (New Zealand), dan Tisna Sanjaya (Bandung) merupakan 3 titik yang berada di pusat (di tengah)   gedung utama – dihadirkan sebagai performans yang terhubung 3 konsep: bermain, merenung dan santai, dan sembayang atau berdoa. Ketiga konsep yang menurut kurator Charles Esche merupakan hal dasar dalam hidup.

Bermain, Peter Robinson membuat material  untuk mengajak anak-anak dan pengunjung agar dapat menyusun pola yang telah dibuatnya. Di sini anak-anak maupun pengunjung lain bisa berekspresi dan mendapatkan pengalaman yang berbeda dari kehidupan sehari-hari.

Merenung dan santai, Jonas Sestakresna membangun instalasi bambu yang diberi nama “Tar-tar”. Dari instalasi tersebut, pengunjung dapat naik dan melihat seluruh ruangan termasuk karya-karya seniman di atas panggung bambu yang dibuatnya. Wujud instalasi ini memang sangat natural yang memungkinkan pengunjung untuk berdiri atau duduk santai sambil merenung. Ditambah saat acara pembukaan, Anda bakal takjub melihat instalasi ini terbang di hadapan Anda.

 

“Tar-tar” oleh Jonas Sestakresna & tim[caption caption="Tar-Tar karya Jonas Sestakresna"]

[/caption]

Sembayang atau berdoa, Tisna Sanjaya menampilkan 33 karya seni rupanya bersama performans ritual doa-doa atas isu-isu yang terjadi di tengah masyarakat. Terdapat pula limbah plastik dan biji-bijian, entah digunakan untuk apa saat penampilannya nanti. Sepertinya pertunjukan ritual ini bukan ritual biasa dan bisa memberikan artian tersendiri yang dapat dirasakan para pengunjung. Dan bisa jadi akan dilakukan 33 kali dengan gaya dan ritual yang berbeda.

Berjalan ke sisi lain dari pertunjukan utama, pengunjung akan menemukan tema berbeda – air, lingkungan hidup, gender, politik, dan termasuk sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun