Mohon tunggu...
Dede Kodrat Alwajir
Dede Kodrat Alwajir Mohon Tunggu... -

@kodratalwajir | Presenter Carlita TV | Personal Branding Planner | Peraih Penghargaan Presenter TV Terpavorit di Ajang KPID Banten Award\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kawanan Siput dan Titanic Syndrome

6 Maret 2016   10:55 Diperbarui: 6 Maret 2016   11:06 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebab dunia telah berubah. Karena satu negara dengan negara lain tidak ada lagi batas yang menghalangi. Satu kejadian di satu negara akan berakibat langsung kepada Indonesia. Banten perlu mempersiapkan ini. Kita tidak bisa hanya percaya diri dengan peluang dan potensi alam yang besar. Banyak sekali kegagalan-kegagalan pembangunan dan kekurangan kapasitas birokrat membuat Banten di ujung tombak kemunduran yang relatif lebih buruk dari sebelumnya.

Data tren keuangan, inflasi daerah, konflik birokrasi, mitigasi bencana alam yang tidak memiliki grand design dan indeks pembangunan manusia yang masih dibawah standar. Harus menjadi alarm awal yang mengingatkan kita bahwa Banten sewaktu-waktu dapat berduka. Jangan lagi terlambat. Perkembangan dunia sudah menyamai kecepatan cahaya. Dalam hitungan detik semua yang tadinya normal berubah tidak normal. Semua yang nampak baik-baik sekita hancur tanpa sisa. Itulah turbulensi yang harus kita hadapi bersama. Bergandengan tangan pastinya, tidak sendiri-sendiri apalagi merasa benar sendiri.

Perubahan itu harus disambut dan dimenej. Agar tidak kocar-kacir membombardir ketahanan ekonomi, dunia usaha dan kebudayaan masyarakat. Perubahan yang telah disiapkan akan memberi keuntungan tersendiri bagi kita. Bila terjadi hal yang terburuk. Kondisinya tidak terlalu lama jatuh dalam jurang kegagalan. Namun cepat bangkit untuk menyongsong era baru yang sama sekali berbeda.

Sayangnya, pejabat-pejabat kita nampaknya terkena Titanic Syndrome. Saya khawatir kisah imaginer yang saya sampaikan di awal adalah fenomena gunung es. Sehingga, seluruh elemen pemegang kebijakan terlampau percaya diri melewati laut ekonomi. Tidak pernah terpikir bila bisa jadi sewaktu-waktu kapal akan jatuh dan robek lambungnya oleh karang yang tidak terduga. Berlayar tanpa tahu arah mana yang harus dituju. Kesejahteraan rakyat atau kesejahteraan rumah tangganya sendiri yang diperjuangkan.

Dari sinilah kita semua harus sadar. Mereka para pejabat itu harus diketuk hatinya. Karena saya khawatir rasa ibanya telah tiada. Kita berharap, sejatinya nurani menjadi basis tindakan. 

Apalagi ketika kita sebagai rakyat sudah memberi kontribusi maksimal untuk pemerintah. Dan memberi makan pejabat dengan pajak yang kita berikan setiap waktu. Bila pajak itu digunakan kampanye pribadi dan hanya menyelamatkan koleganya. Mari kita sebut mereka hanyalah sebatas kawanan siput.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun