Mohon tunggu...
Dekha Anggareska
Dekha Anggareska Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Teknik Informatika ITB 2010 | @KalbuIndramayu @akumaukuliah @hmif_itb | IT, Football, Reader/Writer, Traveller, Social Movement |\r\nTwitter : @dekhangga |\r\nWebsite : http://dekhaanggareska.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Belajar dari Euro 2012

4 Juli 2012   03:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:18 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Telah tiga hari genap (atau ganjil) pergelaran Euro 2012 berakhir dengan kembali memunculkan nama Tim Matador Spanyol sebagai jawara. Yap, bosen emang karena udah empat taun ini Spanyol merajai kompetisi internasional. Poros tiki-taka Xavi-Iniesta masih menjadi yang terbaik dengan mampu menghentikan secara mutlak pergerakan Andrea Pirlo yang naik daun saat lawan Inggris dan Jerman. Jujur, saya masih kurang sreg dengan titel yang didapat Spanyol karena mereka belum berhadapan dengan tim jagoan saya, panser Jerman. Kini para pria (jomblo khususnya) kembali mencari kegiatan lain pada malam hari tanpa tontonan euro. Meski hanya sedikit pertandingan yang menampilkan tontonan menarik, namun ada banyak hal yang dapat dipelajari dari turnamen ini, khususnya untuk sepakbola Indonesia.

Kesigapan Panitia

Pada pertandingan antara Perancis dan Ukraina, terjadi hujan yang sangat lebat disertai angin kencang. Hal ini membuat bola sulit bergerak dan dikontrol. Pada awal pertandingan, wasit langsung menghentikan pertandingan tersebut. Ketika hujan mulai mereda, panitia bergegas mengontrol lapangan, mengurangi volume air yang telah menggenangi. Untuk mempercepat pengurangan volume air, panitia mengerahkan beberapa orang untuk meresap air. Selain itu, panitia juga menyiapkan mesin pembuat lubang kecil untuk mempercepat resapan air. Panitia juga telah menyiapkan sejumlah jas hujan untuk penonton serta wartawan. Sebuah persiapan yang benar-benar telah dipikirkan jauh sebelum kejadian tak terduga terjadi.

Inilah yang harus dipelajari panitia pelaksana pertandingan di Indonesia. Ketika lapangan diguyur hujan yang deras, terjadi genangan air yang signifikan dikarenakan kualitas rumput dan lapangan yang kurang baik. Panitia pun terlihat kurang sigap dengan tetap melanjutkan pertandingan di lapangan yang sudah sangat tidak kondusif tersebut. Di lapangan yang biasa aja udah gak enak diliat, apalagi di lapangan basah kaya gitu. Sewajarnyalah panitia meniru panitia euro di atas dengan membuat lubang resapan sesegera mungkin. Dengan standar lapangan yang baik, para pemain pun dapat menonjolkan kualitasnya secara lebih efektif. Penonton pun dapat menikmati pertandingan.

Loyalitas Suporter

Pertandingan antara Spanyol dan Irlandia pada fase grup berhasil membuat sebagian besar yang menonton menjadi terkesima dengan yang dilakukan suporter Irlandia. Momen yang hadir di sekitar 15 menit terakhir, ketika Irlandia telah tertinggal banyak dari Spanyol dan diambang kegagalan menuju fase selanjutnya, para suporter mereka bukannya merasa kecewa dan meninggalkan stadion (seperti yang pernah dilakukan presiden kita :p), tapi justru terus bernyanyi memberikan semangat kepada timnas. Mereka menyanyikan lagu The Fields of Athenry tanpa henti. Hal ini merupakan pemandangan yang memancing haru. Mereka menghadapi kekalahan timnas tanpa kekecewaan berlebih atau bahkan menimbulkan keonaran di stadion.

Hal ini pulalah yang patut ditiru oleh suporter Indonesia. Melihat timnas yang jauh dari ekspektasi, bukan saatnya lagi kita mengejek dan mengkritik. Memang memberi kritikan yang membangun itu bagus untuk perbaikan ke depannya. Tapi memberi ejekan terhadap timnas tanah air sendiri merupakan perbuatan yang tidak rasional. Mencari kambing hitam dan menggugat akan membuat sepakbola kita berjalan di tempat, tidak maju-maju. Meskipun timnas kita mendapat perlakuan kurang adil, sudah sepatutnyalah suporter tetap menjaga nilai-nilai sportivitas, jangan malah menimbulkan kerusakan atau menyerang wasit. Sudah sepatutnya timnas negara kita menjadi suporter yang terbaik, terlebih banyaknya fanatik sepakbola di Indonesia. Hal ini tentunya harus ditunjang dengan nilai-nilai sportivitas dan menerima kekalahan dengan tetap memberikan api semangat kepada timnas.

Tetap Optimis di Tengah Krisis

Sebelum menghadapi Euro 2012, Italia tengah menghadapi krisis internal di liga. Adanya kasus pengaturan skor yang kembali mencuat membuat Gli Azzurri diragukan tampil baik di turnamen empat tahunan ini. Namun, apa yang terjadi kemudian? Italia tetap menampilkan sepakbola terbaik mereka di bawah asuhan Prandelli. Tanpa mempedulikan krisis internal di liga dalam negeri, mereka optimis menghadapi euro dengan mengandalkan poros Pirlo-Marchisio-De Rossi dengan ujung tombak Cassano dan Balotelli. Hasilnya adalah babak final dengan mengandaskan timnas Jerman yang lebih diunggulkan.

Hal ini jugalah yang patut diteladani timnas kita. Meski tengah dilanda berbagai kasus di internal PSSI, termasuk juga di liga, sudah seharusnya timnas Indonesia menatap pertandingan internasional dengan tetap optimis. Walau bagaimana pun, kasus tersebut seharusnya telah menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang terkait, dan tugas pelatih dan pemain hanyalah bermain dengan penuh jiwa patriotis membela bangsa. Bukan tidak mungkin, prestasi dapat diraih, seperti apa yang dilakukan Italia pada turnamen Euro ini.

Belajar dari Sistem

Secara nyata, kestatisan sepakbola Indonesia merupakan persoalan sistemik. Seharusnya kita belajar dari sistem yang dilakukan asosiasi sepakbola Jerman dan Spanyol. Jerman, sebagaimana telah saya tulis di Analisis Sepakbola Jerman, telah mengembangkan suatu sistem di liga sehingga lebih banyak lagi pemain lokal yang bersinar. Dilihat dari skuad sekarang, seluruh pemain timnas Jerman merupakan pemain yang bersinar dari Bundesliga. Tim ini tidak berhenti menelurkan pemain muda baru yang berkualitas. Setelah Oezil, Muller dan Khedira bersinar di pergelaran sebelumnya, kini mereka semakin matang, dengan ditambah beberapa pemain muda yang mungkin kurang familiar bagi bukan pengamat bundesliga, semacam Andre Schrrule, Marko Reus serta Mario Gotze.

Spanyol sendiri telah menanamkan integrasi sepakbola dengan pendidikan karakter dari sekolah-sekolah sepakbolanya. La Masia adalah yang paling terkenal, dengan menghasilkan bintang-bintang Barcelona yang menjadi penentu di timnas Spanyol, seperti Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Gerard Pique, Sergio Busquets serta Pedro Rodriguez. Hasilnya adalah sentuhan-sentuhan magis terbaik dan mampu bekerjasama dengan nama besar lainnya semacam Xabi Alonso serta David Silva. Mereka membangun sendiri regenerasi dari lokal dengan sistem liga yang baik. Hal ini yang tidak dilakukan Inggris, dikarenakan liga mereka yang komersial, liga terbaik yang minim pemain lokal.

Bercermin terhadap sistem di negeri sendiri. Memang benar, sistem kita memang sangat-sangat buruk. Terlebih adanya unsur politisasi yang merasuk asosiasi sepakbola kita. Menurut saya belum terlambat jika kita secara total membangun ulang sistem sepakbola yang lebih baik, sistem liga yang lebih terarah. Hal ini juga harus didukung dengan para pemimpin dan pejabat yang berada di PSSI dan KONI merupakan pemimpin yang benar-benar peduli dengan kesuksesan sepakbola negeri sendiri. Mereka yang berani mengambil keputusan-keputusan terbaik demi kemajuan sepakbola negeri ini. Masalah sentralnya adalah orang-orang dibalik organisasi-organisasi tersebut yang masih terlihat kurang amanah dalam menjalnkan tugasnya. Padahal sepakbola di negara kita sangat potensial, terlebih karena animo yang cukup tinggi pada tiap lapisan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun