Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Festival dan Obyokan: Model Pertunjukan Reyog Ponorogo

27 Agustus 2023   10:38 Diperbarui: 27 Agustus 2023   10:42 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan Dadak Merak dalam FNRP 2023. Sumber: Kemenparekraf.

Memang tujuan pertunjukan yang digelar sejak bulan April 2019 setiap tanggal 11 itu bisa dikatakan cukup ideal dan strategis karena tradisi reyog di setiap desa bisa ramai kembali oleh kegiatan latihan dan pertunjukan. Namun, di  sisi lain, pemerintah Ponorogo juga akan mendapatkan keuntungan ketika setiap desa setiap bulan menggelar reyog. 

Arak-arakan reyog obyok. Sumber: Nanang Diyanto/Kompasiana
Arak-arakan reyog obyok. Sumber: Nanang Diyanto/Kompasiana

Ketika pemerintah menyebut Ponorogo sebagai Kota Reyog, maka kegiatan-kegiatan publik yang berkaitan dengan kesenian ini harus diperbanyak dan dipersering kuantitasnya, sehingga kalau ada wisatawan yang ingin menonton tidak kesulitan. 

Kebijakan Bupati Ipong ini menegaskan kualitasnya sebagai seorang pemimpin yang mampu menginkorporasi dan mengartikulasikan secara selektif keinginan dan kepentingan para seniman yang tidak semua bisa diakomodasi dalam FNRP.  Bagaimanapun juga, para seniman reyog adalah kelas subordinat yang jumlahnya cukup banyak dan memiliki kemampuan kreatif dalam menggerakan kebudayaan. 

Kegelisahan kreatif mereka dalam bentuk obyokan kalau dibiarkan akan menjadi gerakan budaya yang tak terkendali. Maka memberikan kesempatan kepada mereka untuk berekspresi secara berkala adalah kebijakan cerdas untuk menunjukkan perhatian kepada para seniman sekaligus mendapatkan keuntungan ekonomis berupa dukungan terhadap agenda pariwisata. 

Pengembangan dan regenerasi reyog obyokan dengan demikian menjadi kekuatan kultural dan ekonomis yang di satu sisi bisa memperkuat identitas ponorogo dan di sisi lain bisa mendukung aktivitas pariwisata. 

Lebih dari itu, kebijakan Bupati Ipong bisa memberikan keuntungan politik karena publik akan memandangnya sebagai pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan budaya lokal sebagai identitas daerah. 

Dengan konsensus publik tersebut, kepemimpinan Ipong tidak akan mendapatkan resistensi secara massif sehingga bisa mengamankan kepentingan politiknya, termasuk untuk berkontestasi dalam pemilihan bupati Ponorogo dan mengamankan agenda politik keluarganya, seperti menjadikan istrinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Partai Nasional Demokrat. 

Dengan demikian kebijakan budaya terkait reyog obyokan yang seolah-olah berpihak kepada para seniman tetap saja memberikan keuntungan ekonomi dan politik kepada pemerintah dan pemimpin Ponorogo.

Catatan Penutup

Kehadiran dua model pertunjukan reyog, festival dan obyokan, merupakan realitas yang mengindikasikan dampak sebuah kebijakan budaya bagi para pelaku dan pengembangan kesenian rakyat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun