Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Industri Ekstraktif dan Ekstraktivisme dalam Tatapan Kajian Budaya

25 Mei 2023   10:22 Diperbarui: 26 Mei 2023   07:48 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Areal tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Grasberg, Timika, Papua, Kamis (24/11/2011). (KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO) 

Yang tidak kalah penting adalah bagaimana industri pertambangan dimaknai oleh Negara dan masyarakat serta bagaimana bentuk resistensi lokal yang terhubungan resistensi nasional dan transnasional. 

Tentu, kita bisa menemukan dinamika, kontestasi, relasi kuasa, gerakan perlawanan, dan gerakan lain yang juga bisa menggerakkan perjuangan politik, seperti yang dilakukan komunitas pribumi di Amerika Latin. 

Apa yang tidak kalah penting adalah bagaimana wacana ekstraktivisme dikonstruksi dan disebarluaskan secara menarik melalui bergaam media dan bentuk budaya populer sehingga banyak warga masyarakat yang memberikan pemakluman dan konsensus. 

Sebagaimana kita ketahui budaya dan media populer merupakan situs kultural dan komunikasi yang cukup efektif untuk mengkampanyekan dan menyebarluaskan ideologi, sehingga apa-apa yang sejatinya merusak dan merugikan kehidupan manusia dan alam bisa jadi tampak menyenangkan dan menguntungkan. 

Sebaliknya, budaya dan media populer juga bisa dimanfaatkan oleh komunitas perlawanan untuk mengamplifikasi suara resisten mereka sehingga bisa disebarluaskan ke ranah nasional dan global. Semua itu merupakan cara pandang politik ala kajian budaya yang mungkin bisa membantu menguraikan permainan relasi kuasa para pemodal dan negara serta kemungkinan untuk melawannya, baik di ranah lokal, nasional, maupun global.

Mamahami Ekstraktivisme dalam Tatapan Kajian Budaya

Ekstraktivisme berawal dari kata extractivismo yang digunakan oleh masyarakat Amerika Latin yang berbahasa Spanyol ketika mereka berbincang sumber daya alam yang dieksploitasi serta kaitannya dengan resistensi masyarakat pribumi dan alternatif pasca-ekstraksi (Gudynas 2015, 2021). 

Ekstraktivisme sebagai sebuah konsep membentuk ansambel kompleks dari praktik penguatan diri, mentalitas, dan perbedaan kekuatan yang mendasari dan merasionalisasi cara-cara pengorganisasian kehidupan yang merusak secara sosio-ekologis melalui penaklukan, kekerasan, penipisan, dan non-timbal balik. 

Kawasan pegunungan di Konawe yang rusak akibat tambang nikel. (KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)
Kawasan pegunungan di Konawe yang rusak akibat tambang nikel. (KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Konsep ekstraktivisme telah bermetamorfosis, bergerak, dan berkembang melampaui analisis sektoral ekstraksi sumber daya alam, baik secara teoretis maupun geografis. 

Kalau dulu, sangat jarang perspektif teoretis yang bisa digunakan untuk memabahas ekstraktivisme, saat ini banyak ahli yang menghasilkan literatur yang mencoba mendefinisikan istilah tersebut dan menerapkannya pada berbagai kasus dan wilayah. Ini telah menghasilkan studi tentang ekstraktivisme dari berbagai jenis, yang terjadi pada skala geografis yang beragam, dan di berbagai ranah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun