Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resistensi Naratif terhadap Kuasa Budaya dan Negara: Tatapan Pascakolonial

14 Mei 2023   00:08 Diperbarui: 14 Mei 2023   00:05 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan penguasaan tersebutm ia akan menjadi fokus bagi setiap tindakan penuh makna dan penuh perhatian yang sengaja diarahkan dan doproyeksikan bagi pencerahan kehidupan individualnya, bukan komunitasnya. 

Kalaupun komuniats merasakan pengaruh positif dari tindakan rasionalnya, itu merupakan akibat dari bertemunya tindakan antarindividu dalam masyarakat yang diberikan kebebasan untuk melakukan pilihan yang masuk akal dan berdaya-guna. 

Adapun modifikasi yang dilakukan adalah individualisme yang lebih dilekatkan kepada mekanisme pasar sebagai rezim kebenaran dan akomodasi terhadap budaya lokal untuk perluasan kapitalisme. 

Dalam kapitalisme neoliberal, individu dituntut memiliki “spesialisasi”(skill) yang memudahkannya untuk melakukan “kompetisi” dengan individu-individu lain dalam sebuah mekanisme pasar yang menjamin “kebebasan” dan “efisiensi” untuk memperoleh keuntungan finansial yang menjadi kepemilikan pribadi (Turner, 2008: 115). 

Untuk bisa mencapai kondisi tersebut, tiap individu dituntut untuk tidak terikat dengan aturan-aturan negara yang dianggap akan merusak tatanan kebebasan dan kompetisi berbasis pasar. 

Meskipun demikian, kehadiran negara tetap penting bagi keberlangsungan individualisme dalam kerangka neoliberal untuk memperkuat fondasi hukum dan kebijakan yang menjamin kebebasan individu untuk memperoleh kesempatan sejajar di dalam kompetisi ekonomi serta menjamin keberlangsungan pasar bebas, baik dalam lingkup nasional maupun transnasional (Munck, 2005: 63)

Dalam kerangka pikir demikian, struktur naratif sastra akan memunculkan dua kemungkinan praktik diskursif dalam memosisikan ke-tradisional-an dan kuasa negara di tengah-tengah kapitalisme pasar. 

Pertama, sebagian nilai dan praktik tradisional akan tetap dimunculkan utnuk membangun logika naratif sewajar mungkin ditengah perjuangan individu untuk menempa diri agar bisa mewujudkan cita-citanya. 

Kedua, negara berada dalam posisi yang cair karena kehadiran institusi pemodal atau wacana neoliberal dalam proses perjuangan individual, sehingga rezim negara diidealisasi sebagai ‘wasit yang baik’ dari sebuah kompetisi. 

Selain itu, kuasa negara terhadap konsep kebangasaan maupun nasionalisme menjadi tidak biasa lagi bersifat hegemonik, karena wacana neoliberal berperan juga dalam memberikan makna-makna baru yang seuai dengan kepentingan pasar. Ketiga, resistensi terhadap kuasa negara ketika ia membatasi kebebasan individual dalam mewujudkan cita-cita ideal sebagai subjek.

Cover Novel Garuda Di Dadaku. Sumber: mizanstore.com
Cover Novel Garuda Di Dadaku. Sumber: mizanstore.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun