Masyarakat lokal, dengan demikian, berhasil melakukan pembacaan dan interpretasi dekonstruksi terhadap kemapanan struktur, bentuk, dan formasi diskursif dari budaya global yang sampai ke mereka. Budaya global memang kuat dan sudah menjadi rezim kebenaran baru yang diakui di seluruh dunia.Â
Mereka memang masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan warga lokal. Mereka memang ditopang oleh kekuatan modal yang masuk melalui investasi modal maupun perusahaan transnasional di negara-negara berkembang. Sebagai struktur bentuk dan makna, teks budaya global tidaklah utuh sepenuhnya.Â
Artinya, masih terdapat celah-celah di dalam struktur teks di mana masyarakat lokal bisa menunda dan memecah-mecah keutuhan struktural dan makna dari budaya global untuk kemudian memasukkan atau mencampurkan elemen-elemen budaya lokal sehingga membentuk budaya baru yang bersifat dialogis dan campur-aduk.Â
Hal serupa juga mereka lakukan terhadap budaya lokal sehingga terdapat proses resiprokal antara yang lokal dan yang global untuk menciptakan sang hibrid.Â
Seringkali, bagi para kreator di tingkat lokal, kekayaan budaya lokal merupakan sumber inspirasi kreatif dalam perkembangan industri kreatif  yang bernuansa hibrid.Â
Dengan penyerapan dan adaptasi dari elemen-elemen lokalitas dan percampuran dengan elemen-elemen budaya Barat, maka akan muncul produk-produk hibrid yang terus-menerus mampu menciptakan jenis budaya baru bagi selera estetik masyarakat.Â
Negara-negara pascakolonial/berkembang, baik Asia maupun Afrika, sebenarnya mempunyai potensi yang cukup besar untuk mengarah pada perkembangan industri kreatif karena memiliki keragaman budaya lokal yang menunggu untuk diberikan sentuhan-sentuhan baru.Â
Dengan melahirkan produk-produk baru bernuansa hibrid tersebut, masyarakat lokal juga bisa berkontestasi untuk perjuangan eksistensial di tengah-tengah budaya global dan sekaligus menunda atau bahkan meresistensi popularitas budaya global yang banyak bernuansa Barat.Â
Dengan mensintesakan budaya lokal dan budaya global bernuansa Barat dalam ‘ruang pertemuan kreatif’, masyarakat lokal bisa mengambil keuntungan politis dari budaya hibrid, yakni negosiasi terus-menerus potensi dan praktik kultural mereka di tengah-tengah transformasi sosio-kultural.Â
Namun demikian, untuk bisa mencapai level budaya hibrid yang memberdayakan kepentingan budaya lokal, maka dibutuhkan kreativitas dan kesadaran serta keyakinan ideologis dari masyarakat terhadap keutamaan dan kedinamisan budaya yang mereka miliki.Â
Keyakinan ideologis bisa muncul ketika teks dan praktik budaya tidak sekedar menjadi dogma yang dikuasai oleh segelintir elit lokal, tetapi mampu menjadi representasi riil yang tersebar melalui beragam mekanisme, medium, dan institusi.