Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Transformasi Ludruk: Keterlibatan Politik, Hegemoni Negara, dan Strategi Survival

9 Februari 2023   00:02 Diperbarui: 19 Februari 2023   09:22 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para penari remo Karya Budaya dalam model pertunjukan terob. Dokumentasi penulis

Anggota Karya Budaya, misalnya, selalu mendapat dua macam bonus tahunan, menjelang Idul Fitri (hari raya terbesar umat Islam) dan di akhir tahun karena pengelolanya selalu menyisihkan sebagian honor mereka dalam setiap penampilan. 

Setiap anggota akan menerima 1.500.000-2.000.000 rupiah. Hal ini bisa terjadi karena melalui terobosan kreatif dan inovatif, Karya Budaya bisa menerima 150 undangan kerja dalam setahun, jumlah yang tinggi untuk kesenian rakyat.

Berdasarkan pengamatan partisipatif kami selama pementasan Karya Budaya di sebuah desa di Mojokerto, kami menyimpulkan bahwa terobosan-terobosan di atas memberikan efek yang luar biasa terhadap popularitas kelompok ini. 

Memang tidak ada perubahan struktur pementasan—secara kronologis mulai dari kidungan, remo (tari penyambutan), pertunjukan karawitan Jawa, lawakan (humor), dan cerita. Karyo, salah seorang penonton dari ratusan penonton malam itu, mengomentari penampilan tersebut sebagai berikut:

“Di Mojokerto, Anda akan menemukan kondisi serupa. Ratusan penonton hadir saat Karya Budaya tampil. Grup ini luar biasa. Setiap seniman memiliki kualitas yang bagus, baik dalam remo maupun dalam berakting sebagai tokoh dalam sebuah cerita. 

Teknologi pencahayaan dan tata suara memberi kami situasi yang berbeda, karena kami seperti memasuki pertunjukan tradisional dengan cita rasa modern. Panggung yang penuh warna juga memberikan kenikmatan dalam menonton ceritanya. 

Memang di pertengahan cerita, banyak anak-anak dan remaja yang meninggalkan pementasan, namun ada sekitar dua ratus penonton yang menikmati cerita hingga subuh.” (Wawancara, 28 November 2013)

Penggunaan teknologi lighting dan sound system terkini menciptakan kombinasi yang luar biasa antara seni rakyat dan teknologi modern. 

Hal ini menunjukkan bahwa penonton saat ini sudah sangat terbiasa dengan teknologi modern karena mereka menonton acara televisi dan mendengarkan musik di VCD, sehingga ketika seorang manajer panggung menggunakannya dalam pementasan, mereka sangat bersemangat. 

Kapasitas estetik para seniman Karya Budaya hasil workshop internal turut menambah ketertarikan penonton pada kelompok ini karena ada teknik kreatif menari dan akting yang membuat pertunjukan menjadi interaktif.

Namun demikian, penciptaan cerita baru yang berkaitan dengan masalah sosial kontemporer juga mengambil peran penting sebagai strategi bertahan hidup karena pesaing utama ludruk adalah sinetron (sinetron Indonesia di televisi swasta) dan film yang memiliki cerita lebih menarik dan rumit berdasarkan masalah nyata. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun