Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengingat-kembali Komodifikasi Keislaman di Televisi Era 2000-an

20 April 2023   07:30 Diperbarui: 29 April 2023   19:46 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinema reliji merupakan tayangan sejenis film televisi berdurasi 60 menit (sudah termasuk iklan) yang menceritakan orang-orang yang mendapatkan balasan dari Tuhan akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan di dunia ini. Tentu balasan di sini bisa baik atau buruk tergantung dengan perbuatan yang dilakukan. 

Beberapa tayangan yang berjenre sinema reliji antara lain: Sinema Hidayah (Trans TV), Kuasa Illahi, Rahmat Illahi, dan Kusebut Nama-Mu (TPI, dulunya ditayangkan RCTI), dan Pintu Hidayah dan Maha Kasih (RCTI).

Dalam setiap sinema reliji juga berlangsung komodifikasi yang cukup menarik untuk dikaji, yakni ketika ajaran Islam dijadikan ide cerita dari sebuah sinema di televisi. Wacana yang dihadirkan dalam sinema religi memiliki beberapa karakteristik. 

Pertama, bahwa Tuhan akan selalu memberikan balasan duniawi yang “kejam” kepada ummat-Nya yang berbuat kejam dan dzalim. Kedua, Tuhan akan memberikan hidayah kepada ummat-Nya yang tabah dalam menjalani setiap cobaan yang dihadapinya. 

Ketiga, Tuhan akan memberikan balasan yang “lumayan kejam” kepada ummat-Nya yang berbuat kejam untuk kemudian memberikan hidayah kepadanya. Sinema Hidayah dan Kuasa Illahi mewakili wacana pertama. Kusebut Nama-Mu merupakan representasi dari wacana kedua. Sementara, Pintu Hidayah adalah representasi dari wacana ketiga.

Masing-masing tayangan memiliki formula naratif dengan plot yang berbeda, meskipun memiliki banyak kemiripan. Untuk memperjelas bagaimana cerita dalam masing-masing tayangan dikonstruksikan oleh para kreatornya, berikut ini disajikan perbandingan dari masing-masing tayangan.

Sinema Hidayah dan Kuasa Ilahi. Di awal cerita tokoh antagonis digambarkan sebagai orang yang mempunyai tabiat yang kurang baik dalam kehidupan sosial. Ada tokoh yang terlalu kikir, sombong, maupun dzalim. Ada juga tokoh yang mencari pesugihan untuk mendapatkan kekayaan ataupun menjadi rentenir dan perbuatan-perbuatan non-agamis lainnya. 

Dikarenakan satu masalah, terjadi pertentangan dengan tokoh lain (protagonis) yang bisa saja berasal dari keluarga atau kerabat maupun tokoh-tokoh lain.Si antagonis melakukan perbuatan yang keji dan kejam kepada si protagonis. Karena perbuatannya itu, ia lalu mendapat balasan yang kejam pula dari Tuhan. 

Ia mati, dan sebelum dikubur mengalami kejadian-kejadian aneh, seperti tubuh dipenuhi   ulat, mayat terbakar, dll. Kejadian itu berakhir ketika si protagonis memohonkan ampun atas segala perbuatan yang dilakukan si antagonis sepanjang hidupnya.

Kusebut Nama-Mu dan Rahmat Illahi. Tokoh protagonis digambarkan sebagai orang yang hidupnya susah dan selalu menjadi bahan cemoohan tokoh-tokoh lain (antagonis). Karena ketabahannya, si protagonis mulai mendapatkan rejeki yang lumayan. Namun, si antagonis tidak suka melihat itu semua sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang merugikan si protagonis.

Si antagonis semakin menggila dalam meneror dan memfitnah si protagonis sehingga masyarakat terpengaruh.Namun si protagonis tetap tabah dan terus memanjatkan doa kepada Tuhan. Dan, kebenaran terbukti, si protagonis mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat dan ia mendapatkan rezeki berlimpah dari Tuhan. Ia memaafkan si antagonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun