Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca-ulang Pascakolonialisme: Kritik Teori dan Implikasi Metodologis

18 April 2023   06:44 Diperbarui: 18 April 2023   10:06 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perdagangan yang menguntungkan negara maju dan mencekik negara berkembang. Sumber: https://proper-cooking.info

Kedua, kajian pascakolonial larut dalam kritik terhadap perjumpaan kolonial antara Barat-Timur/penjajah-terjajah dan usaha untuk mendekonstruksinya, tetapi kurang kritis terhadap realitas baru dari konfigurasi kuasa neoimperial di era globalisasi dan kapitalisme neoliberal (Dirlik, 1994; Behdad, 2000; Shohat, 2000; Brennan, 2008; San Juan Jr., 2008). 

Dalam ungkapan yang lebih sengit, Appiah menganggap kajian pascakolonial "berkonspirasi" atau "menjadi komprador" dari kapitalisme dunia (dikutip dalam Sheshadri-Crooks, 2005: 145).  

Kritik-kritik tersebut, pada dasarnya, menginginkan adanya pembacaan kontekstual atau kesadaran historis dari kajian pascakolonial terhadap kuasa neo-imperialisme Barat/negara-negara maju melalui praktik ekonomi-politik neoliberalisme yang mempengaruhi aspek-aspek kehidupan sosio-kultural masyarakat pascakolonial. 

Mereka seolah tidak punya kuasa untuk menunjukkan identitas ataupun melakukan resistensi kultural, kecuali bermain-main dengan hibriditas kultural seperti yang banyak muncul di dalam format dan representasi naratif produk-produk industri budaya (Hogan, 2004: 14; Kraidy, 2005: 1-12; Kalra, Kaur, & Hutnyk, 2005: 91-93). 

Ilustrasi eksploitasi neokolonial. Sumber: https://proper-cooking.info
Ilustrasi eksploitasi neokolonial. Sumber: https://proper-cooking.info
Memang muncul kesan bahwa kajian ekonomi-politik sulit berdialog dengan kajian pascakolonial. Pada dasarnya, kajian pascakolonial tidak melupakan konteks ekonomi-politik maupun sosio-kultural yang berlangsung dalam masyarakat kontemporer. 

Perhatian pada praktik representasi dalam narasi dan kehidupan sehari-hari memberi celah untuk melihat secara kritis beroperasinya kuasa/pengetahuan neoliberalisme yang melanjutkan kuasa Barat/negara-negara maju serta kemungkinan mendekonstruksinya. 

Dengan banyaknya kritik tersebut, para pemikir pascakolonial, paling tidak, bisa lebih kritis dalam menyikapi kuatnya pengaruh praktik ekonomi-politik dalam kehidupan masyarakat. 

Masyarakat pascakolonial memang tidak bisa lepas lagi dari kuasa/pengetahuan yang berasal dari Barat, baik dalam sektor pendidikan, ekonomi, politik, media, dan sosio-kultural karena kuatnya  pengaruh modernisme yang digerakkan oleh mekanisme pasar dan globalisasi. Memang, dalam praksis kultural masyarakat masih menjalankan sebagian budaya lokal. 

Namun, orientasi ideal mereka tetap mengarah kepada modernitas, sehingga budaya lokal semakin menempati ruang marjinal dalam formasi kultural sehari-hari. 

Bermacam produk industri budaya populer ikut mengarahkan dan membentuk subjektivitas masyarakat pascakolonial karena makna-makna ideologis yang direpresentasikan lebih mengarah kepada modernitas dan membatasi kerangka pikir terhadap kemungkinan-kemungkinan lain (Venn, 2000: 43), seperti penguatan budaya lokal.

Implikasi Teoretis dan Metodologis 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun