Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perempuan dalam Narasi Film: Representasi, Ideologi, dan Hegemoni

1 Februari 2023   14:54 Diperbarui: 5 Februari 2023   16:20 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Léa Seydoux dalam salah satu adegan James Bond, Spectre. Sumber: Columbia Pictures/frenchtoastsunday.com

Film-film James Bond, misalnya, masih menampilkan para perempuan cantik dan seksi yang menemani atau sekedar melengkapi petualangan si Bond. 

Film, Perempuan, dan Kepentingan Politis-Ideologis Negara

Di samping representasi stereotip perempuan yang bergerak dalam ranah domestik sebagai akibat kuatnya pengaruh ideologi patriarki dalam masyarakat, perempuan dalam film juga bisa menandakan eksistensi ideologi politik partikular yang dianut oleh sebuah negara. 

Representasi perempuan dalam narasi film, bisa saja menandakan kepentingan ideologis komunis, sosialis, sosialis-demokrat, kapitalis, nasionalis, maupun militer-totalitarian, tergantung sistem politik yang dianut oleh sebuah negara dalam rentang historis partikular dan menjadi konsensus bagi kehidupan sosio-politik dan kultural di dalam masyarakat pendukungnya.

Salah satu adegan dalam Little Women. Sumber: Columbia Picture/Indiana Express
Salah satu adegan dalam Little Women. Sumber: Columbia Picture/Indiana Express
Kehadiran perempuan dalam film sebagai representasi dari ideologi negara, masih banyak dikaitkan dengan persoalan ke-perempuan-an dan ke-ibu-an yang menjadi wacana ideologis universal, baik dalam kebudayaan Barat maupun Timur—tentu saja dengan kontekstualitasnya masing-masing. 

Dalam film-film Polandia pasca Perang Dunia II, misalnya, mitos ‘Ibu Polandia’ direpresentasikan sebagai kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan dan penderitaan akibat perang di bawah naungan ideologi komunis yang mampu memberikan harapan baru bagi rakyat Polandia (Ostrowska, 2007).

Sementara itu, representasi perempuan Eropa (yang bukan berasal dari Inggris Raya, kebanyakan dari Eropa Timur) dalam film-film Inggris pasca Perang Dunia II, lebih banyak menandakan kepentingan politiko-ideologis pemerintah Inggris, terutama untuk menata kembali aliansi dengan negara-negara Eropa pasca Perang Dunia II dan di era Perang Dingin.

Isu nasionalisme untuk merekonsiliasikan bermacam suku yang ada dalam satu negara yang baru merdeka juga dimunculkan melalui representasi perempuan dalam struktur dunia naratif film. 

Melalui tokoh perempuan dari salah satu etnis yang terlibat hubungan cinta dengan laki-laki dari etnis lain yang sebelumnya terlibat konflik, ide rekonsiliasi untuk membangun kesatuan nasional disosialisasikan melalui jalinan narasi yang lebih banyak menyentuh sisi manusiawi. 

Dalam beberapa film Nigeria (lebih dikenal dengan sebutan Nollywood), pertikaian berdarah yang melibatkan beberapa suku besar di sana, seperti Igbo dan Hausa, dinetralisir melalui kehadiran tokoh-tokoh perempuan yang atas nama cinta dan kemanusiaan berjuang melawan hambatan etnis. 

Para tokoh perempuan juga mampu memberikan pemahaman tentang kesatuan dalam negara Nigeria, meskipun mereka menghadapi banyak permasalahan terkait kuatnya sentimen etnis (Okoye, 2007).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun