Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ekokritisisme: Masalah Lingkungan dalam Teks Sastra dan Budaya

23 Januari 2023   05:00 Diperbarui: 23 Januari 2023   15:34 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romantic scenery (Franciszek Ksawery Lampi). Sumber: Wikimedia Commons

Apa yang tidak kalah pentingnya adalah munculnya beberapa tulisan tentang alam dan sastra lingkungan dalam beberapa program konferensi tahunan sastra. 

Salah satu yang menjadi tonggak adalah pertemuan MLA (Modern Language Association) 1991 di mana Harold Fromm mengorganisir sesi khusus bertajuk “Ecocriticism: The Greening of Literary Studies” dan Simposium Sastra Amerika yang diketuai oleh Glen A. Love dengan topik “American Nature Writing: New Contexts, New Approaches”. 

Tonggak formal dari menguatnya kajian sastra dan lingkungan adalah pendirian Association for the Study of Literature and Environment (ASLE) di sela-sela pertemuan tahunan Association of Western Literature, 1993. 

Adapun missi yang diusung adalah “memromosikan pertukaran ide dan informasi terkait sastra yang menimbang hubungan antara manusia dan jagat alam” serta “mendorong tulisan baru tentang alam, pendekatan tradisional dan inovatif terhadap sastra lingkungan, dan riset lingkungan antardisiplin”. 

Pembentukan ASLE menarik banyak akademisi sastra sehingga banyak di antara mereka yang menulis isu-isu lingkungan dalam karya sastra. 

Posisi akademis ekokritisisme semakin menguat ketika Patrick Murphy pada tahun 1993 membuat jurnal baru ISLE: Interdisciplinary Studies in Literature and Environment dengan tujuan “menyediakan forum untuk kajian kritis sastra dan seni pertunjukan yang berasal dan ditujukan untuk pertimbangan lingkungan.”

The Romantic Landscape wit Ruined Tower (Thomas Cole, 1832). Sumber: Wikimedia Commons
The Romantic Landscape wit Ruined Tower (Thomas Cole, 1832). Sumber: Wikimedia Commons
Ekokritisisme bisa menjadi kerangka untuk menelaah bagaimana struktur produk kultural menghadirkan isu-isu ekologis, baik sebagai narasi dominan maupun pendukung narasi. 

Sebagai perspektif dalam memahami persoalan-persoalan ekologis dalam produk kultural, ekokritisisme memosisikan segala sesuatu yang non-manusia sama pentingnya dalam konteks dan pertimbangan manusia, karena tanpa kehadiran mereka, manusia dan jagatnya tidak akan eksis (Love 2003: 1). 

Tentu saja, struktur naratif dan konstruksi diskursif dalam sebuah karya akan sangat tergantung bagaimana visi pengarang atau pandangan dunia (vision du monde) yang juga bersifat kompleks karena berkaitan dengan posisi pengarang dalam struktur dan sistem sosial serta kondisi historis masyarakat. 

Hegemoni kapitalisme (neoliberal) dalam kehidupan masyarakat di seluruh planet, misalnya, mendorong massifnya eksploitasi sumberdaya alam untuk kepentingan perkebunan, pertanian, pertambangan, dan pariwisata. Kerusakan secara massif bukan lagi menjadi ancaman, tetapai kenyataan yang sudah berlangsung. 

Bencana banjir dan longsor adalah kenyataan destruktif yang semata-mata terjadi kerakusan manusia. Namun, di sisi lain, kampanye kesejahteraan yang bisa diperoleh negara dan rakyat dari eksploitasi alam juga semakin menggila, sehingga batas antara ancaman dan keuntungan menjadi kabur serta mendorong lahirnya pemakluman. Dalam kompleksitas tersebut, seorang penulis memang akan diuji.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun