Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca-kembali Rezim Orba: Pembangunanisme, Otoritarianisme, dan Kebudayaan

17 Januari 2023   00:35 Diperbarui: 17 Januari 2023   00:35 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto membuka pekan raya Jakarta Fair II pada 14 Juni 1969. Sumber: Perpusnas

Ragam tayangan TVRI, pelajaran di sekolah, hingga berita dan bentuk nyata pembangunan menjadi rujukan warga untuk merasakan diri-modern. Perhatian perlu diberikan pada kontribusi penting TVRI yang mampu mengarahkan, mengendalikan, dan membatasi pesan pembangunan menuju modernitas sebagai kebutuhan kolektif menuju kemajuan bernegara dan berbangsa. 

Bahkan, sebagian besar masyarakat desa tidak merisaukan ideologi kapitalisme yang diadopsi dalam pembangunanisme oleh para ekonom dan teknokrat serta pengaruh-pengaruh buruknya. Masyarakat diberi informasi-informasi tentang pembangunan di bawah kepemimpinan Soeharto yang akan menciptakan kehidupan yang lebih baik (Setiawan, 2011: 120). 

 Presiden Suharto meresmikan TMII pada tahun 1978. Sumber: Perpusnas
 Presiden Suharto meresmikan TMII pada tahun 1978. Sumber: Perpusnas

Paparan-paparan di atas menunjukkan kelihaian rezim penguasa dalam memainkan dan membentuk formasi diskursif, mengikuti pemikiran Foucauldian, tentang subjek ke-Suharto-an dan beragam keberhasilan pembangunan. 

Konstruksi peran penting Suharto dan seluruh pejabat dan aparat di bawahnya dalam mewujudkan beragam program pembangunan dari kota hingga desa, meskipun tidak semua, merupakan kekuatan diskursif-strategis untuk meyakinkan warga negara bahwa rezim ini berbeda dengan rezim Sukarno. 

Menawarkan bermacam praktik dan orientasi kultural modern menjadikan warga berpikir bahwa kepemimpinan Suharto bisa menghadirkan perubahan signifikan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya oleh rakyat Indonesia. 

Kesadaran menginkorporasi bermacam permasalahan ekonomi dan sosial yang dihadapi rakyat untuk kemudian mengartikulasikannya dalam program-program pembangunan yang melibatkan investor nasional dan internasional memperkuat penerimaan masyarakat terhadap rezim Orba. 

Mayoritas masyarakat memosisikan Suharto benar-benar sebagai pemimpin yang layak memimpin Republik ini karena dirasa mampu memberikan banyak perubahan ke arah modern. 

Pada level itulah, rezim Suharto berhasil mendapatkan konsensus dari mayoritas masyarakat, pengusaha,  intelektual, birokrasi, dan agamawan untuk menjalankan kepemimpinan demi menuju Indonesia adil dan makmur. 

Dengan demikian, rezim Orba mendapatkan kekuasaan hegemoniknya karena mendapatkan konsensus mayoritas publik yang merasakan dampak positif pembangunan bagi kehidupan mereka.  

Fakta dan Tragedi  yang Disenyapkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun