Menanggapi kekonyolan sekaligus provokasi Zelensky, banyak pengguna media sosial yang menuduhnya ingin memulai Perang Dunia III. Komentator konservatif Benny Johnson tanpa ragu mengatakan:
"Ukraina mencoba untuk memulai Perang Dunia III kemarin ketika sebuah rudal Ukraina menyerang negara NATO dan membunuh warga sipil tak berdosa. Para pemimpin Ukraina berbohong dan menyalahkan Rusia... Pemimpin Ukraina BERBOHONG untuk mencoba dan memulai WW3 besar-besaran. Inilah faktanya." (Newsweek)
Masih dari sumber yang sama, pemandu podcast konservatif, Matt Walsh, men-tweet bahwa Zelensky adalah psikopat paling berbahaya di muka bumi ini karena ia ingin memulai perang dunia.
Menjadi wajar kalau tragedi rudal hantam Polandia memunculkan kekhawatiran global, khususnya terkait akan berkobarnya Perang Dunia III. Bahkan, Twitter sempat diramaikan oleh kekhawatiran dan meme akan terjadinya Perang Dunia III akibat rudal di Polandia tersebut (Tribuneindia).
Kalau sampai NATO terprovokasi oleh seruan Zelensky, bisa jadi ekskalasi peperangan dengan Rusia akan segera menjadi perang di Eropa dan tidak menutup kemungkinan di negara-negara lain. Di sinilah kita bisa melihat kebajikan sikap NATO, AS, dan Polandia, meskipun mereka masih saja menyalahkan Rusia.
Alasan utama kekhawatiran tentang eskalasi adalah Pasal V dalam Perjanjian Atlantik Utara, dokumen pendirian NATO. Pasal V menyatakan bahwa anggota NATO “setuju bahwa serangan bersenjata terhadap satu atau lebih dari mereka di Eropa atau Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan terhadap mereka semua.”
Dalam peristiwa seperti itu, anggota NATO wajib membantu sekutu itu dengan mengambil “tindakan yang dianggap perlu, termasuk penggunaan angkatan bersenjata” (MSNBC).
Ketidakgegabahan NATO, AS, dan Polandia menjadikan eskalasi tidak sampai mengkhawatirkan. Tentu saja, sikap politik mereka didukung oleh realitas bahwa sulit mengatakan Rusia meluncurkan rudal ke Polandia.
Selain itu, sikap bijak Polandia yang berusaha menghindari perang dengan mengutamakan konsultasi dengan anggota NATO perlu diapresiasi.
Ke depan, pendekatan diplomatis berbasis kemanusiaan dan mengurangi perspektif Rusofobia merupakan alternatif untuk menyelesaikan perang Rusia-Ukraina. Kengototan, propaganda, dan provokasi hanya akan menghasilkan ketidakmenentuan. Korban dari itu semua adalah rakyat sipil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H