Baik Sekretaris Jenderal NATO maupun Duta Besar AS untuk PBB, pada dasarnya, mengadirkan narasi formulaik yang dikerangkai Rusofobia (Kompasiana).Â
Akibatnya, meskipun militer Rusia tidak meluncurkan rudal ke Polandia, argumen yang dikembangkan menempatkan Ukraina sebagai pihak yang mempertahankan diri setelah beberapa hari dibombardir oleh rudal Rusia.
Dalam logika demikian, bahkan seandainya wilayah Rusia yang diserang ole Ukraina, elit NATO dan AS kemungkinan besar tetap tidak menyalahkan Ukraina.Â
Mungkin narasi belasungkawa atau menyesalkan terjadinya serangan akan diberikan, tetapi bisa jadi tetap ditambahi dengan "seandainya Rusia tidak menyerang Ukraina, semua ini tidak akan terjadi."
Masih kuatnya pengaruh Rusofobia dalam pola pikir para elit Barat menjadikan ketegangan yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina masih belum akan berakhir dalam waktu dekat.Â
Bagaimanapun juga, elit Barat akan terus mencari cara untuk menyalahkan Rusia dan, sebaliknya, Rusia akan terus mempertahankan kebenaran versi mereka.Â
Kalau ketidakpercayaan, kebencian, dan ketakutan terhadap Rusia masih terus dipelihara, apa yang akan terjadi adalah pengerasan sudut pandang masing-masing pihak yang enggan menjadi jalan tengah untuk menurunkan tensi.Â
Ketika Ukraina terus memprovokasi Rusia dan negara-negara anggota NATO dengan bemacam narasi propaganda, krisis politik bisa jadi berlarut.Â
Provokasi Zelensky
Apa yang tidak berubah adalah pernyataan propaganda Zelensky, Presiden Ukraina, yang diwarnai kebohongan sejak pertama kali Rusia menyerang Ukraina.
Dengan begitu gegabah ia mengatakan tidak percaya bahwa rudal yang menghantam Polandia diluncurkan oleh pasukannya, dan meminta ahli Ukraina untuk berperan dalam penyelidikan (CNN).Â