Fase kontemplasi-via-tari ini menjadi bentuk perjuangan mental yang harus dilakoni petani ketika mereka dituntut untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dalam mata rantai tersebut. Â Pada, akhirnya, Sariah menelepon tengkulak lain yang ia harapkan menawarkan harga lebih mahal. Panggilan telepon tersebut menutup pertunjukan sekaligus menawarkan plot terbuka.Â
Dalam tafsir kritis, semua adegan tari, drama, dan musik, pada akhirnya, bermuara pada perpindahan dari satu tengkulak ke tengkulak lain. Dunia pertembakauan tidak pernah berpihak secara maksimal kepada para petani karea selalu ada celah dan kesempatan yang dimainkan oleh tengkulak.Â
Ada lorong panjang berliku yang harus dijalani oleh mereka. Ada banyak drama yang harus mereka hadapi dalam merawat dan menjual tembakau. Ada banyak kebahagiaan yang diimpikan. Namun, apapun kondisinya, semua berpulang kembali kepada mereka yang mengendalikan perdagangan tembakau yang tidak berpusat pada petani.Â
Dalam kondisi demikian, saya melihat tim kreatif pertunjukan kolaboratif tidak hendak mengatakan bahwa belenggu tengkulak adalah takdir petani. Apa yang diungkapkan oleh para pelaku dalam Bhekoh adalah bahwa dunia pertembakauan bagi petani mewujud sebuah kompleks.Â
Mereka ingin mendapatkan banyak keuntungan untuk memenuhi semua harapan dan kebutuhan, tetapi para petani masih harus menunggu semua keputusan pengusaha yang akan diturunkan kepada keputusan para tengkulak. Dalam kondisi subordinat tersebut, para petani memang harus pandai-pandai bersiasat, termasuk mencari tengkulak yang lebih masuk akal dalam menawar harga.Â
Pengungkapan belenggu tengkulak memunculkan banyak wacana yang memroduki pengetahuan terkait pertembakauan yang menyiksa petani, tetapi tidak membuat mereka kapok karena dari tembakaulah mereka bisa survive. Â
Di sinilah, kita bisa melihat keberanian tim kreatif Bhekoh untuk berbicara dengan drama dan adegan tari yang berbeda dari tari-tari garapan sebelumnya seperti Lahbako dan Petik Kopi yang masih mengandalkan gerakan tubuh indah. Mereka tidak berhenti pada tari-tari garapan yang sandaran kultural dan sosiologisnya kurang kuat, karena hanya melihat visualitas aktivitas pertanian, tetapi belum pada dimensi terdalam kehidupan subjek di dalamnya.Â
Pada titik itulah, meskipun masih banyak kekurangan dalam hal persentase gerak tari garapan dan drama atau dalam hal pendalaman karakter, Bhekoh berani menawarkan kebaruan sudut pandang kepada para penggiat kesenian, bukan mengulangi gerakan-gerakan indah semata, tanpa berani mengungkap akar permasalahan yang sebenarnya.Â
Bahwa, sebuah karya, sesederhana apapun, tetap menampilkan wacana yang terhubung dengan permasalahan masyarakat. Maka, bisa dikatakan, Bhekoh mampu merintis jalan bagi munculnya pertunjukan kolaboratif berdimensi sosio-kultural, ekonomi, dan politik yang bersumber pada persoalan lokalitas.
Memaknai KostumÂ
Apa yang menarik untuk dicermati lebih lanjut adalah kostum. Para penari dan pelaku drama menggunakan kostum keseharian. Para penari, misalnya, mengenakan kaos lengan panjang yang biasa dipakai buruh tani ketika berada di sawah. Pilihan ini mendobrak tradisi kostum glamor yang biasa dikenakan para penari.Â