Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Purnama di Jambuan: Kesadaran Ekokultural dari Pinggiran Jember

18 September 2022   08:42 Diperbarui: 19 September 2022   17:44 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Jambuan dan mahasiswa PPM UNEJ dari luar Jawa menuju lokasi "Rokat Sumber." Dok. penulis

Pembacaan puisi dipersembahkan oleh salah satu penyair perempuan Jember, Sikma Tri Pangestu. Dengan suara lantangnya, Sikma mempersembahkan puisi terkait budaya lokal dan bagaimana masyarakat mesti menyikapinya. Walaupun kehidupan mereka sudah masuk ke dalam modernitas, tetapi budaya lokal seyogyanya masih bisa menjadi penanda eksistensi. 

Penari lengger beraksi menghibur warga. Dok. penulis
Penari lengger beraksi menghibur warga. Dok. penulis

Malam purnama pun semakin meriah dengan pertunjukan lengger, kesenian musikal dan tari yang cukup terkenal di Jember pada era 1980 hingga 1990-an akhir. Para pelaku lengger biasanya menggelar pertunjukan di salah satu sudut Pasar Tanjung dan di depan Stasiun KA Jember. Dengan iringan alat musik gamelan sederhana, para penari perempuan menghibur penonton dengan menari diiringi lagu-lagu Madura dan Banyuwangi. 

Penonton ikut menari setelah
Penonton ikut menari setelah "nyawer" para penari. Dok. penulis

Ketenaran lengger tersebut mulai tergusur pada awal 2000-an seiring dengan semakin banyaknya pilihan hiburan. Selera kultural masyarakat mulai bergeser mengarah ke selera budaya global. Lengger mulai kehilangan penggemarnya. Dampaknya, pertunjukan lengger berhenti di kawasan kota. 

Sayangnya, dinas terkait di Pemkab Jember sampai sekarang tidak melakukan usaha untuk melakukan konservasi kesenian ini. Padahal kesenian ini merupakan salah satu penanda budaya Jemberan yang memiliki potensi untuk dikembangkan melalui pertunjukan dalam banyak even. 

Penari lengger mempersembahkan tembang. Dok. penulis
Penari lengger mempersembahkan tembang. Dok. penulis

Maka, digelarnya pertunjukan lengger dalam Purnama di Jambuan merupakan salah satu rintisan untuk kembali menghidupkan kesenian yang sangat digemari oleh warga Jambuan ini. Setidaknya, warga masyarakat, khususnya generasi muda jadi tahu bagaimana wujud dan penampilan kesenian lengger, sehingga mereka bisa tertarik. 

Karena sudah begitu lama tidak ada pertunjukan lengger, para warga pun cukup antusias. Banyak di antara mereka yang ikut menari dan "nyawer", baik untuk penari maupun penabuh gamelan.  Tentu saja, sebagai tradisi "nyawer" menjadikan pertunjukan lengger menjadi semakin meriah. 

KESADARAN EKOKULTURAL DALAM KEGEMBIRAAN

Cahaya purnama yang menerobos melalui daun-daun bambu menjadikan gelar seni menjadi lebih hangat dan syahdu. Suasana purnama di masa lalu ketika anak-anak dan warga bergembira kembali hadir di Jambuan. Wajar kiranya kalau banyak warga yang menginginkan Purnama di Jambuan digelar secara rutin, apakah satu bulan atau dua bulan sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun