Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sedekah Bumi dan Pesan Ekokultural dari Curahnongko Jember

31 Agustus 2022   15:39 Diperbarui: 2 September 2022   05:28 1777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka sesajen untuk wayang ruwatan.| Dokumentasi pribadi penulis

Kondisi alam Curahnongko yang dikelilingi bukit dan dekat dengan kawasan hutan dan perkebunan merupakan realitas yang sesuai dengan tujuan dibuatnya gunungan. 

Maka selain bersedekah, memberikan hasil bumi untuk membuat gunungan, warga masyarakat juga diajak untuk terus menjaga sikap menghormati alam dan tidak melakukan perusakan dan eksploitasi yang bisa berdampak bahaya bagia kehidupan mereka sendiri.

Semakin sore warga semakin berjubel.| Dokumentasi pribadi penulis
Semakin sore warga semakin berjubel.| Dokumentasi pribadi penulis

Adalah realitas yang tidak bisa dipungkiri, bahwa terdapat warga yang menggarap lahan di perbukitan. Mereka membuka lahan untuk melakukan aktivitas pertanian sebagai cara untuk bertahan hidup. 

Memang sampai dengan saat ini, tidak ada masalah lingkungan seperti kekurangan sumber air ataupun longsor yang terjadi. Namun, perlu diingatkan untuk tidak melakukan aktivitas yang membahayakan lingkungan dan bisa berdampak buruk kepada kehidupan masyarakat. 

Gunungan utama diletakkan di atas mobil jeep.| Dokumentasi pribadi penulis
Gunungan utama diletakkan di atas mobil jeep.| Dokumentasi pribadi penulis

Arak-arakan Gunungan merupakan salah satu cara untuk mengajak masyarakat untuk tidak merusak hutan dan terus mencintai bumi dan lingkungan alam. Ajakan tersebut perlu dilakukan dengan riang gembira (bungah) agar masyarakat tidak merasa dipaksa. 

Pilihan Kades dan perangkat desa untuk berjalan sepanjang 1 KM dari Lapangan Desa ke Balai Desa merupakan upaya untuk menyapa dan mengajak warga Curahnongko untuk berpartisipasi aktif dalam pelestarian lingkungan alam.

Semangat warga memikul gunungan.| Dokumentasi pribadi penulis
Semangat warga memikul gunungan.| Dokumentasi pribadi penulis

Arak-arakan sebagai ekspresi kultural dipilih karena warga masyarakat desa memang menyukai aktivitas yang menghibur tetapi tetap membawa pesan-pesan ekologis berupa ajakan untuk mencintai lingkungan. 

Di sepanjang jalan, warga berjubel menyambut Kades beserta keluarganya, perangkat desa, dan perwakilan warga yang mengenakan busan adat sederhana diikuti para pengusung gunungan yang cukup bersemangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun