ARAK-ARAKAN GUNUNGAN HASIL BUMI
Setelah selesai menyiapkan kelengkapan wayang ruwatan, seperti sesajen dan sound system, Kades Wiwhin pun segera mengajak perangkat desanya untuk menyiapkan Arak-arakan Hasil Bumi yang mengambil start di lapangan desa dan berakhir di balai desa.Â
Sekira dua puluh gunungan hasil bumi disiapkan oleh masing-masing rukun warga dan dusun secara bergotong-royong. Warga membawa padi, jagung, sayur-mayur, buah-buahan, dan bahan-bahan lain untuk membuat gunungan.
Wujud gunungan dipilih karena masyarakat memahami gunung sebagai bagian alam yang bermakna puncak bagi religiusitas manusia dan bermakna kebaikan karena memberikan banyak hal untuk kehidupan manusia.Â
Manusia menemukan makna-makna religiusitas dengan menjadikan gunung sebagai tempat tertinggi dan hening untuk menyempurnakan batin dalam meyakini kekuatan adikodrati yang tak bisa disentuh dan dilihat, Tuhan Yang Mahaberkehendak.
Gunung juga memungkinkan kehidupan manusia dan banyak makhluk hidup berlangsung. Aliran sungai yang mata airnya dari gunung, aneka tanaman yang bisa dikonsumsi dan dimanfaatkan untuk keperluan lain, dan bermacam kayu untuk keperluan pemukiman menjadi bukti betapa pentingnya posisi gunung bagi kehidupan masyarakat.Â
Tidak mengherankan, dalam wayang Jawa, gunungan berperan penting dalam cerita, seperti pembuka dan penutup cerita, pergantian adegan, dan untuk menggambarkan fenomena alam seperti terjadinya angin dan halilintar.
Maka, dibuat dan diaraknya gunnungan hasil bumi dalam Sedekah Bumi merupakan upaya kultural untuk mengajak warga masyarakat untuk terus mencintai gunung, bukit, dan lingkungan alam karena mereka sudah memberikan yang terbaik untuk kehidupan manusia.Â