Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Ritus Travesti, Transformasi Besut dalam Budaya Masa Kini

6 Agustus 2022   10:49 Diperbarui: 6 Agustus 2022   10:59 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatasan (tatas/tangkas) mengharuskan hidup manusia senantiasa memiliki dan melatih ketrampilan sehingga menjadi ahli dibidangnya. Ceklekan, bahwa hidup itu tidak boleh seperti ranting pohon yang mudah; hidup tidak boleh mudah patah semangat. Tranjakan menegaskan bahwa langkah hidup manusia harus senantiasa siap dan sanggup dalam mengatasi berbagai rintangan. 

Jatirogo/Gobesan mengingatkan bahwa dalam kehidupan manusia harus senantiasa menelihara tubuh dari segala unsur negatif. Gerak tersebut berkaitan dengan gerak tepisan yang menyarankan bahwa manusia dalam menjalani hidup sebisa mungkin menepis berbagai unsur negatif yang datang menghampiri. 

Nglandak bermakna kewaspadaan terhadap hal-hal negatif. Ngayam Alas menekankan bahwa dalam hidup manusia harus senantiasa gesit, lincah, dan berani, bagaikan ayam alas (ayam hutan). 

Kencak (kuda kencak) mengidealisasi manusia yang tangguh bagaikan kuda kencak yang juga menyenangkan bagi penunggangnya dan semua orang yang menontonnya. Klepatan adalah jenis gerakan yang mengungkapkan kewaspadaan untuk bisa menghindari bermacam bahaya yang mendekat. 

Tlesikan mengingatkan agar manusia tidak abai terhadap hal-hal kecil yang bisa saja berdampak besar bagi kehidupannya. Bumi Langit merupakan gerakan menatap ke langit dan ke bumi sebagai bentuk reflektif dan kesadaran manusia akan kekuatan adikodrati dan kekuatan beserta isinya dalam menentukan kehidupan.  

Dari penjelasan tersebut, kita bisa menemukan kompleksitas manusia yang harus memosisikan tubuh dan pikiran dalam “hasrat individual”, “relasi komunal dalam ruang sosio-kultural”, dan “relasi kosmologis”. 

Memang benar manusia bisa dan harus mengembangkan sikap dan tindakan personal yang menunjukkan kecakapan sekaligus kewaspadaan dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah kondisi yang semakin dinamis. Namun, mereka juga harus mengembangkan sikap sosial yang bisa menyelamatkan dari bermacam konflik dan permasalahan dengan warga masyarakat lainnya. 

Kesadaran relasi kosmologis antara manusia, bumi, dan kekuatan adikodrati akan menjadikan manusia memiliki kemampuan reflektif atas semua yang telah, sedang, dan akan terjadi dalam kehidupan. 

Tidak peduli agama yang dianut, kesadaran positioning ini menjadi semacam strategi dan siasat yang bisa memberikan keuntungan kepada seseorang karena selalu mengedepankan prinsip harmoni, sepertihalnya gerak lincah tari remo yang selalu berada dalam mekanisme keberimbangan antara gerak yang satu dengan gerak yang lain. Juga, antara lincah dan dinamis tubuh dengan rancak alunan musik  gamelan.

Namun demikian, bagi penonton yang tidak paham makna-makna simbolik dari semua gerak tari yang ditarikan oleh Tri Broto, seniman remo senior, Jawa Timur, tentu akan kesulitan untuk menemukan pesan harmoni tersebut. Sebagus atau seideal apapun pesan yang hendak disampaikan, seharusnya bisa masuk ke dalam pertunjukan dalam wujud yang bisa memberikan clues atas makna. 

Moda pertunjukan realis yang dihadirkan sudah semestinya tidak menghadirkan ‘jalan gelap’ bagi penonton untuk memahaminya. Apalagi tidak ada forum apresiasi selepas pertunjukan. Untuk penonton di wilayah yang sudah familiar dengan makna-makna tari remo ataupun ludruk, kehadiran tari remo Besutan dengan bermacam pesan melalui enam belas gerakan mungkin bisa dipahami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun